Sejarah

Sejarah Kota Padang (23): PRRI, ‘Pertarungan Pemimpin Republik Indonesia’; Soekarno vs Hatta, Nasution vs Lubis




false
EN-US


































































































































































































































































































Kolonel Maludin Simbolon meski secara
ex-officio adalah Menteri Luar Negeri PRRI tetapi secara defacto adalah lebih
banyak menjalankan fungsi pertahanan dibandingkan dengan Burhanuddin Harahap.
Boleh jadi Mayjen Abdoel Haris Nasoetion melihat situasi dan kondisi baru (fase
kedua) sebagai pertarungan politik antara Soekarno/Djoeanda vs Hatta/Safroeddin
Prawiranegara dan juga sebagai pertarungan yang bersifat politis di lapangan
militer antara Nasoetion dan Simbolon.
Dalam perkembangan berikutnya, Maludin Simbolon mulai
was-was. Maludin Simbolon yang dikutip surat kabar mengatakan ‘Masih ada
harapan’…’ Meski (kota) Padang jatuh masih ada (kota) Bukittingi’. Rasa
pesimistis Simbolon yang muncul dalam hal ini boleh jadi karena sudah
kehilangan kontak dengan Zulkifli Lubis yang tidak diketahui rimbanya. Percobaan
kudeta Zulkifli Lubis di pusat adalah inspirasi bagi Maludin Simbolon untuk melakukan
percobaan kudeta di Sumatra Utara. Setelah percobaan kudeta di pusat, Zulkifli
Lubis benar-benar tidak diketahui berada dimana. Pada nantinya (pasca PRRI)
diketahui posisi Zulkifli Lubis memang tidak tengah berada di Sumatra Tengah
tetapi justru berdiam (pasrah) di kampungnya di Kotanopan setelah menghilang
dari Jakarta (setelah ultimatum Abdoel Haris Nasoetion). Mungkin sinyal ini
sudah diketahui oleh Abdoel Haris Nasoetion, sebab ketika Abdoel Haris
Nasoetion mengetahui ada penempatan tentara pusat di Tapanoeli sebanyak 2.000
orang, Abdoel Haris Nasoetion memerintahkan untuk ditarik ke tempat lain.
Abdoel Haris Nasoetion beralasan ada sebanyak 1.200 tentara PRRI di Tapanuli
dan takut bentrok (di kampong halamannya sendiri). Zulkifli Lubis dalam hal ini
pintar memilih untuk menghilang ke kampong halaman. Pertama, Zulkifli Lubis
tidak merasa aman berada di Sumatra Tengah karena takut dengan keberadaan spionase
pusat. Kedua, Zulkifli Lubis berpikir bahwa Abdoel Haris Nasoetion tidak akan
menempatkan pasukan pusat di Tapanoeli yang memungkinkan keberadaannya
diketahui. Ketiga, Abdoel Haris Nasoetion tidak menginginkan ada pertumpahan
darah di kampungnya di Kotanopan. Keempat, Abdoel Haris Nasoetion secara taktik
perang (gerilya) menduga Zulkifli Lubis bersembunyi di Kotanopan dan hanya kampong
halanan yang mampu melindungi Zulkifli Lubis. Pertarungan antara Abdoel Haris
Nasoetion dan Zulkifli Lubis dalam hal ini menjadi bagaikan ‘game theory’ yang
satu sama lain mengetahui hati masing-masing lawan meski tengah berlangsung kompetisi
yang ketat (perang). Jago Gerilya dan Jago Intelijen dalam hal ini saling
mengeluarkan jurus pamungkas masing-masing. Seperti dakwaan terhadap Zulkifli
Lubis di pengadilan (nanti): ‘mengapa berada di Tapanoeli’, Zulkifli Lubis
menjawab enteng: ‘saya lagi pulang kampong (bertapa di tengah sanak keluarga)’.
Secara teknis perjuangan PRRI antara fase
pertama dengan fase kedua telah bergeser. Itu semua terjadi karena eskalasi
politik yang dilancarkan dari pusat maupun dari daerah yang pada akhirnya
menjadi tidak terkendali (lagi). Imbasnya juga terjadi diantara petinggi
militer.
Kabinet PRRI (1958)

Peran Burhanudin Harahap semakin kecil dalam situasi yang
semakin genting. Peran pertahanan dan keamanan sudah lebih banyak diperankan
Maludin Simbolon. Sebagaimana diketahui, Burhanuddin Harahap berperan penting
ketika menjabat PM untuk menyatukan semua tentara dengan mengisi kekosongan
pimpinan yang lalu kemudian Abdoel Haris Nasoetion terpilih sebagai KASAD. Sementara
Mr. Egon Hakim yang awalnya duduk sebagai Ketua Koordinator Keuangan PRRI tidak
lagi munculnya namanya dan tidak terdapat dalam susunan kabinet PRRI. Sedangkan
Kolonel Zulkifli Lubis tidak terdengar lagi kabar beritanya.

Kini, Abdoel Haris Nasoetion berada di antara
dua kekuatan (Amerika Serikat dan Uni Soviet), dua politisi (Soekarno dan
Hatta) dan dua kubu tentara (Maludin Simbolon dan Ahmad Yani). Satu berita yang
di konfirmasi di Belanda, bahwa Washington mulai khawatir (meski membantu PRRI)
dan kemenangan tidak mungkin diraih, sementara Washington sangat khwatir Indonesia
jatuh ke tangan komunis (Uni Soviet). Washington tinggal berharap kepada
Jenderal Nasution agar mampu mencegah tidak sampai Indonesia menjadi komunis.
De Telegraaf, 06-06-1958

De Telegraaf, 06-06-1958: Washington neemt een ‘berekenend
risico’ Indoenisie-Plitiek van de vs, is ‘Om’. Men stelt hoop nu op Nasoetion. Washington
sekali lagi berpaling ke arah politik Indonesia. Untuk saat ini, Departemen
Luar Negeri (Amerika Serikat) memutuskan untuk menempatkan semuanya kembali
pada peta pemerintah di Jakarta. Itu salah satu dari mereka ‘perhitungan risiko’
dimana suatu keadaan diplomasi harus disimpan. Karena kegagalan para
pemberontak Indonesia (PRRI) adalah kuda Washington yang ingin bertaruh dan
kini lebih suka pergi keluar dari balapan. Ini terkait dengan ini terutama
harapannya kepada Kepala Staf (KASAD) Jenderal Nasution, yang diyakini
Washington, akan mampu mencegah secara keseluruhan Presiden Soekarno tergelincir
ke kamp komunis’.

Dengan demikian, boleh jadi Amerika Serikat
mulai kendor mendukung PRRI, sementara Uni Soviet terus mendukung RI. Keadaan
ini membuat Amerika Serikat dalam keadaan dilematis. Namun Amerika ‘tetap
berdoa’ agar Nasution yang pada dasarnya netral antara RI vs PRRI (menurut
Washington)  dapat mencegah Soekarno
membuat Indonesia menjadi komunis. Hal ini juga sangat dipahami oleh Abdoel
Haris Nasoetion, karena Nasoetion tampak semakin ingin menyelesaikan (meredam)
segera PRRI dan lebih fokus kepada dua isu besar (yang telah ditinggalkan oleh
para politisi: bahaya komunis (Uni Soviet) dan ganjalan di Papua (Belanda).

Dalam posisi seperti ini, Jenderal Abdoel Haris Nasoetion
menanggung sendiri beban yang timbul antara pertikaian antara pusat (RI) dan
daerah (PRRI). Di sinilah Abdoel Haris Nasoetion mempertaruhkan dirinya untuk tetap
menjaga kedaulatan NKRI. Abdoel Haris Nasoetion dapat mencegah infiltrasi komunis
dan juga dapat mengenyahkan imperialis Belanda dari tanah Papua. Figur Maludin
Simbolan dengan sendirinya yang ingin mempertahankan misi PRRI menjadi terkesan
sumbang.


Padang Jatuh, Bukittinggi Juga Jatuh (Tunggu deskripsi lengkapnya)
Dana Masyarakat dan Tuduhan Kepada Hatta  (Tunggu deskripsi lengkapnya)
Ir. Soekarno dan Mr. Arifin Harahap
Trio Orde Lama (1945)

PRRI pada akhirnya berhasil diredam. Sempat dikhwatirkan
Republik Indonesia juga berganti menjadi Republik Rakyat Indonesia. Namun
Republik Indonesia tetap kuat dan Republik Indonesia kembali berdiri di Sumatra
Barat.

Kini, Soekarno tinggal sendirian diantara
tiga founding father RI. Memang Soekarno masih mengandalkan Abdoel Haris
Nasoetion dan M. Yamin di lingkaran satu untuk tetap menjaga hubungan baik
Jakarta dengan Sumatra Tengah dan Tapanoeli. Di parlemen masih ada Zainul
Arifin Pohan. Mungkin, Soekarno teringat Amir Sjarifoeddin saat mana Dwi
Tunggal tanggal tunggal tinggal tunggal. Soekarno memanggil Arifin Harahap
untuk duduk di kabinet.
Daftar Menteri Perdagangan RI

Arifin Harahap selama ini rezim Soekarno, menjabat
sebagai menteri selama tujuh tahun (1959-1966) dalam tujuh kabinet yang
berbeda. Suatu waktu yang terbilang cukup lama di era orde lama. Selama tujuh
tahun dalam tujuh kabinet Era Sukarno, Mr. Arifin Harahap telah menjabat
Menteri Muda Perdagangan, Menteri Urusan Anggaran Negara dan Wakil Menteri Bank
Sentral (Bank Indonesia). Di era orde baru (Rezim Soeharto), pada tahun 1969
Mr. Arifin Harahap diangkat menjadi Duta Besar untuk Aldjazair. Nama Arifin
Harahap muncul tahun 1946 ketika rombongan terakhir Pemerintah Republik
Indonesia hijrah dari Jakarta ke Jogjakarta. Rombongan terakhir ini berkumpul
di bekas rumah Sutan Sjahrir yang terdiri dari bagian Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Informasi dan Kementerian Perhubungan. Dalam rombongan ini termasuk
Mr. Arifin Harahap. Rombongan terakhir ini berangkat dari Stasion Manggarai
menuju Jogja yang dikawal oleh polisi Belanda (Nieuwe courant, 17-10-1946). Arifin
Harahap adalah adik kandung Amir Sjarifoeddin. Arifin Harahap ternyata sangat
sukses dengan ekonomi luar negeri Indonesia, karena itu di dalam kabinet Arifin
Harahap cukup lama.

Trio Orde Baru

Tidak lama setelah Arifin Harahap, Soekarno juga kemudian
memanggil Adam Malik untuk duduk di kabinet. Pada masa transisi dari rezim
Soekarno (orde lama) ke rezim Soeharto (orde baru) Adam Malik adalah salah satu
dari trio pendiri rezim Soeharto. Trio baru ini seakan mengulang kembali trio
lama, tiga founding father (Soekarno. Hatta dan Amir). Trio Lama (Sukarno,
Hatta, Amir) telah digantikan oleh Trio Baru (Suharto, Sultan, Adam). Di dalam
rezim Soeharto, Adam Malik sangat powerfull hingga menjabat sebagai Wakil
Presiden RI. Ini mengindikasikan bahwa wakil presiden RI pernah dijabat oleh
dua putra terbaik Indonesia dari Sumatra, yakni Mohamad Hatta (Sumatra Barat)
dan Adam Malik Batubara (Tapanuli Selatan).

Kabinet pertama dan kabinet terakhir Soekarno

Jika dibandingkan dengan awal karir Soekarno
di pemerintahan (pasca proklamasi kemerdekaan) hingga berakhirnya kekuasaannya
selama 20 tahun pada tahun 1966 kontribusi tokoh-tokoh dari Sumatra Barat dan
dari Tapanuli Selatan sudah sangat banyak. Daftar ini akan semakin panjang jika
dimasukkan tokoh-tokoh sebelum kemerdekaan.

Pada rezim Soekarno, pada kabinet pertama (1945) terdapat
enam tokoh Sumatra, tiga dari Sumatra Barat dan tiga dari Tapanuli Selatan.
Dari Sumatra Barat adalah M. Hatta, Soetan Sjahrir dan Mohammad Natsir. Dari
Tapanoeli Selatan terdapat Amir Sjarifoeddin, Todoeng Harahap gelar Soetan
Goenoeng Moelia dan Abdoel Moerad Nasoetion (abang dari SM Amin Nasoetion,
Gubernur Sumatra Utara)., 
Jika pada awal pemerintahan Soekarno ada Amir
Sjarifoeddin, maka pada akhir pemerintahan Soekarno ada Arifin Harahap. Amir
Sjarifoeddin orang yang jelas-jelas tidak mau kompromi dengan Jepang menjadi
korban yang dikorbankan. Soekarno mengoreksi kekeliruan tersebut dengan
merangkul adiknya, Arifin Harahap menjadi menterinya. Arifin Harahap adalah
tokoh penting Indonesia yang diterima oleh Soekarno (rezim orde lama) dan juga
diterima oleh Soeharto (rezim orde baru). Arifin Harahap dengan sendirinya
telah mengangkat kembali harkat keluarga, nama keluarga yang pernah
dicermarkan.
(Tunggu deskripsi lengkapnya)
KH Zainul Arifin Pohan dan Abdoel Haris Nasoetion
Di era perang kemerdekaan, KH Zainul Arifin
Pohan,  Panglima Hizbulloh di Jawa Barat
dan Abdoel Haris Nasoetion, Panglima TNI di Jawa Barat. Setelah pengakuan
kedaulatan RI oleh Belanda,  KH Zainul
Arifin Pohan yang menjadi Ketua komisi pertahanan di parlemen dan Abdoel Haris
Nasoetion yang menjadi KASAD berdiri tegak di kapal perang RI pada tahun 1951
saat mereka berdua mengelilingi nusantara untuk menunjukkan Indonesia sudah
berdaulat baik di daratan maupun di lautan.
Setelah semua tugas negara ditunaikan dalam
pemberontakan dan infiltrasi komunis, di masa damai KH Zainul Arifin Pohan dan
Abdoel Haris Nasoetion menjadi sasaran tembak. KH Zainul Arifin Pohan tertembak
(1963) ketika pemberontak coba menembak Soekarno namun yang terkena adalah KH
Zainul Arifin Pohan. Lalu 10 bulan kemudian meninggal. Abdoel Haris Nasoetion
diserang di rumahnya, putri bungsunya terkena tembakan dan meninggal pada
peristiwa G 30 S PKI tahun 1965.
KH Zainul Arifin Pohan sangat konsen NKRI. Abdoel Haris
Nasoetion sangat anti komunis. Ancaman NKRI adalah separatis (munculnya
pemberontakan) dan komunis. KH Zainul Arifin Pohan telah berhasil meredakan
pemberontakan di Atjeh (Daud Bereureuh), di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara
(Kahar Moezakkar) dan di Jawa Barat (Karto Suwiryo), Abdoel Haris Nasoetion
berhasil mencegah percobaan kudeta di Jakarta (Zulkifli Lubis) dan di Medan
(Maludin Simbolon). Abdoel Haris Nasoetion kecolongan di Sumatra Tengah,
setelah Ahmad Husein melakukan kudeta yang kemudian munculnya PRRI. Dengan
kekuatan, gerakan PRRI ini akhirnya berhasil diredam pemerintah RI. Di pusat
kekuatan di Jakarta, Abdoel Haris Nasoetion berhasil mengerem laju komunis
namun Abdoel Haris Nasoetion tak terduga harus jadi korban, padahal saat itu
tidak ada kekuatan golongan PKI untuk mampu melawan TNI. Saat itu, Abdoel Haris
Nasoetion dan Ahmad Yani  (pasaca
PRRI/Permesta) dua tokoh militer paling popular. Lantas apakah ada yang iri dan
terhambat oleh dua tokoh militer yang tengah melambung namanya? Peristiwa G 30
S PKI yang menyebabkan putri Abdoel Haris Nasoetion adalah suatu peristiwa yang
masih gelap, segelap malam yang naas tersebut.
Dua musuh utama RI adalah pemberontakan dan
komunis. Kedua ancaman itu telah berhasil diredam KH Zainul Arifin Pohan dan
Abdoel Haris Nasoetion. Penyokong utama NKRI adalah KH Zainul Arifin Pohan. KH
Zainul Arifin Pohan adalah pertama Indonesia yang mencetuskan slogan ‘NKRI
Harga Mati’. Pengerem komunis adalah Abdoel Haris Nasoetion. Mereka berdualah
yang memulai tegaknya NKRI yang sekarang. KH Zainul Arifin Pohan pantas menjadi
Bapak NKRI dan Abdoel Haris Nasoetion menjadi Bapak Anti Komunis.

PRRI di Sumatera Tengah, khususnya di Sumatera Barat
spesifiknya di Kota Padang, bukanlah peristiwa tunggal di Indonesia. Hal serupa
juga terjadi di Sulawesi Utara (Permesta). Pada saat yang sama gerakan serupa
juga muncul di Jawa Barat, Jawa Timur dan Madura yang ingin otonomi. Jika
mundur ke belakang  peristiwa yang sama
juga terjadi tahun 1953 di Atjeh, Sulawesi Selatan (termasuk Nusatenggara) dan
Jawa Barat. KH Zainul Arifin Pohan dan Abdoel Haris Nasoetion adalah faktor penting
wilayah-wilayah tersebut tetap menjadi NKRI (hingga sekarang). Zainul Arifin
Pohan dan Abdoel Haris Nasoetion tetap menjaga moral para pemimpin dan rakyat
di wilayah-wilayah tersebut, karena musuh utama Zainul Arifin Pohan dan Abdoel
Haris Nasoetion hanyalah imperialis (Belanda) dan ideologi komunis (Uni Soviet).
(Tunggu deskripsi lengkapnya)

*Dikompilasi oleh Akhir
Matua Harahap
berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang
digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi
karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top