Sejarah

Sejarah Kota Sibolga (5): Huta Tapian Na Oeli (Tapanoeli) Nama Residentie; Tempat Singgah di Jalur Kuno Angkola-Barus




false
IN



























































































































































*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sibolga dalam blog ini Klik Disini

Asal usul nama Tapanuli
berasal dari sebuah kampong Tapanuli. Area kampong tua Tapanoeli tempo doeloe
kini masuk wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah. Nama Tapanoeli juga tempo doeoe
kerap ditulis sebagai Tapian Na Oeli. Besar dugaan Tapanoeli adalah singkatan
dari Tapian Na Oeli atau sebaliknya nama kampong Tapian Na Oelie disingkat menjadi
Tapanoeli. Nama Tapanoeli sudah eksis sejak era Inggris (sebelum Pemerintah
Hindia Belanda).

Aek/Hoeta Tapian Na Oeli (Peta 1906)

Nama Tapian Na Oeli juga diabadikan oleh Dja Endar Moeda
menjadi nama surat kabar miliknya yang diberi nama (surat kabar) Tapian Na Oeli/
Surat kabar ini Tapian Na Oeli berbahasa Melayu terbit di Padang 1900. Sasaran
dan oplah tertinggi surat kabar ini di wilayah Residen Tapanoeli. Saleh Harahap
gelar Dja Endar Moeda, sepulang dari Mekkah mendirikan sekolah swasta di Padang
tahun 1895. Dja Endar Moeda adalah alumni sekolah guru (Kweekschool) di Padang
Sidempoean tahun 1884. Mengapa Dja Endar Moeda, kelahiran Padang Sidempoean
menamakan surat kabarnya dengan nama Tapian Na Oeli boleh jadi karena ada
hubungan spesial.

Hoeta Tapian Na Oeli
adalah nama suatu kampong tempo doeloe, tepat berada di jalur jalan kuno
(Angkola-Baroes) suatu jalan rintisan orang-orang Angkola di jaman kuno. Bagaimana
huta Tapian Na Oeli menjadi ibu kota Inggris (Tapanoeli) tentu saja masih
menarik untuk diperhatikan. Pada Peta 1945 nama kampong (hoeta) Tapian Na Ooeli
ini masih eksis, Apakah kampong (huta) Tapanoeli ini masih ada dan dikenal
hingga ini hari? Siapa peduli. Namun huta Tapian Na Oeli tetaplah huta Tapian Na Oeli. Untuk lebih
peduli sejarah, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’
seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan
sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil
kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini
tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang
lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah
disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih
menekankan saja*.
Aek Tapian Na Oeli dan Hoeta Tapian Na Oeli

Dari namanya Tapian Na
Oeli adalah kampong orang Batak, bukan kampong orang yang berasal dari
Silindoeng, tetapi dari Angkola. Kampong ini berada di jalur kuno antara
Angkola-Baroes. Nama kampong ini dipopulerkan oleh orang-orang Inggris dengan
sebutan Tapanoeli (pelafalan dari Tapian Na Oeli). Satu alasan yang kuat nama
kampong itu menjadi populer di era Inggris karena terbilang kampong paling
besar di sekitar teluk.
Kampong/Hoeta Tapanoeli (Peta 1838)

Baros (Baroes) adalah kota kuno, kota yang diduga sudah
eksis sebelum adanya kitab suci. Kota Baros terkenal di Laut Merah sebagai kota
yang menjadi pusat pedagangan kamper (kapur barus). Produksi kamper banyak di
Angkola. Sesuai azas, penduduk mendahului perdagangan, maka penduduk Angkoa
penghasil kamper harus lebih dulu eksis dari pada kota pelabuhan (kamper).
Jalan darat antara Angkola dan Baros inilah kemudian berkembang menjadi jalur
sutra di se kitar teluk. Pada jalur inilah kemudian terbentuk huta/aek Tapian
Na Oeli. Kapan kampong (huta) ini terbentuk sulit diketahui (karena tidak ada
data). Data satu-satunya adalah sumber Inggris (pada era Inggris di teluk)
sudah mencatat nama Tapanoeli. Sebelum terbentuk Pemerintah Hindia Belanda di
teluk, pada Peta 1838 hanya satu nama tempat yang diidentifikasi di sekitar
teluk yakni (kampong/huta) Tapanolij (teks Belanda, teks Inggrissebagai Tapanooly).

Sebagai kampong (paling) besar, berada di
jalur perdagangan, Tapanoeli tumbuh dan berkembang menjadi pusat perdagangan
baru. Orang-orang Angkola yang sebelumnya meneruskan mata dagangannya ke Baroes
diperpendek hanya hingga Tapanoeli.

Hoeta Tapian Na Oeli (tanda bintang) jaman Now

Hoeta Tapian Na Oeli atau Tapanoeli yang sudah eksis
sejak jaman lampau pada dasarnya masih eksis hingga ini hari sebagai nama
kecamatan di kabupaten Tapanuli Tengah, yakni Kecamatan Tapian Na Oeli.
Kecamatan ini terdiri dari beberapa desa dan satu kelurahan. Desa Tapian Nauli
I, III dan IV dan Kelurahan Tapian Nauli II diduga kuat adalah kampong (hoeta)
Tapian Na Oeli tempo doeloe. Nama Tapian Na Oeli direduksi Inggris menjadi
Tapanoeli.

Bagaimana kampong Tapanoeli berkembang menjadi pusat
perdagangan diduga kuat karena faktor Inggris (yang telah merelokasi pos
perdagangan mereka dari Baros ke teluk). Orang-orang Inggris membangun pos
perdagangan di Pulo Pontjan Ketjil. Area perairan antara Pulo Pontjan Ketjil
(laut) dan hoeta Tapian Na Oeli (sungai) kemudian disebut Tapanoeli.

Peta 1753
Pada era Pemerintah Hindia Belanda. pusat pemerintah
tidak dipilih di Pulau Pontjan Ketjil (eks Inggris) tetapi lebih memilih di
dekat kampong (huta) Tapanoeli. Berdasarkan Almanak 1821, ibu kota wilayah
Pantai Barat Sumatra (Sumatra’s Westkust) ditetapkan dengan menempatkan seorang
Asisten Residen di kampong (hoeta) Tapanoeli. Hal ini dilakukan pengaruh
Inggris di Bengkoelen dan Padang masih kuat. Setelah adanya perjanjian antara
Inggris-Belanda pada tahun 1824 (tukar guling antara Bengkoelen dengan Malaka) yang
dikenal Tractact London) ibu kota Sumatra’s Westkust oleh Pemerintah Hindia
Belanda dipindahkan dari Tapanoeli ke Padang.

Nama Tapanoeli sendiri sudah diidentifikasi sebagai
salah satu nama kampong tertua paling tidak sudah terdapat pada Peta 1753 (era
Inggris). Dalam peta tersebut sejumlah kampong (hoeta() diidentifikasi yakni
Tapanoeli, Siboeloean, Badirie, Pinangsori, Soenkoeang dan Batang Natal, Lalu
setelah perjanjian antara Belanda-Inggris tahun 1824 wilayah Sumatra’s Westkust
dibagi ke dalam tiga Residentie: Bengkoeloe, Padang dan Air Bangis. Wilayah
Mandailing dan wilayah Tapanoeli masuk residentie Air Bangis. Namun dalam
perkembangannya seiringan dengan perlawanan Padri terhadap Belanda di satu sisi
Residentie Bengkoeloe dipisahkan dan di sisi lain dibentuk residentie baru
sehingga wilayah Province Sumatra’s Westkust terdiri dari Padang Benelanden,
Padang Bovenlanden dan Air Bangis (lihat Peta 1835). Setelah berakhirnya
perlawanan Padri, mulai dibentuk residentie baru yakni Residentie Tapanoelie
pada tahun 1840. Residentie Tapanoeli terdiri dari Afdeeling Mandailing en
Angkola, Afdeeling Natal, Afdeeling Padang Lawas dan Afdeeling Sibolga
(termasuk Baroes). Tentu saja wilayah Silindoeng dan Toba belum dimasukkan ke
Residentie Tapanoeli.

Peta 1835

Nama Sibolga baru teridentifikasi dalam peta pada
tahun 1835. Seperti kampong-kampong yang terdapat pada Peta 1835
kampong-kampong yang terdapat di dekat kampong (hoeta) Tapanoeli adalah hoeta
Pagaran Ri dan hoeta Lamboeng. Untuk sekadar diketahui nama huta Pagaran Ri
(Angkola Dolok) dan huta Lamboeng (Angkola Djoeloe) adalah dua kampong (hoeta)
yang cukup dikenal di Angkola. Boleh jadi dalam hal ini, huta Tapanoeli, huta
Pagaran Ri dan huta Lamboeng adalah daerah migrasi orang-orang Angkola. Dalam
hal ini perkampongan-perkampongan tersebut yang berada di jalur jalan kuno
tersebut merupakan persinggahan yang boleh jadi sudah eksis sejak jaman kuno.

Pada era Perang Pertibi melawan Tuanku Tambusai
(Portibi, Padang Lawas) pada tahun 1838-1839, Pemerintah Hindia Belanda
meningkatkan kampong/hoeta Tapanoeli sebagai garnisun militer. Antara Tapanoeli
dengan Portibi dibangun satu pos militer di lereng gunung Lubuk Raya (sekitar Sitinjak
sekarang). Ketika nama wilayah diresmikan sebagai Residentie Tapanoeli pada
tahun 1943, ibu kota residentie dipindahkan dari (kampong) Tapanoeli ke suatu
kota baru yang dibangun di dekat kampong Sibolga. Kota ini ditabalkan namanya
sesuai nama kampong terdekat yakni Sibolga.
Jembatan (rambin) di Batangtoroe (lukisan Rosenberg, 1840)

Satu yang penting di jalur perdagangan kuno (yang
bergeser menjadi jalur pergerakan militer) adalah jembatan suspensi (rambin
terbuat dari rotan) di aek Batang Toroe, Jembatan ini diduga adalah salah satu
jembatan kuno. Jembatan ini cukup panjang. Sehubungan dengan pembangunan kota
Sibolga, juga dibangun pelabuhan baru. Namun untuk perdagangan langsung ke
Angkola, Pemerintah Hindia Belanda membangun pelabuhan pembantu di Loemoet
(melalui jalur sungai). Oleh karena itu sekitar tahun 1850an Loemoet sempat dijadikan
sebagai ibu kota Onderdistrict Angkola (Afdeeling Mandailing dan Angkola,
Residentie Tapanoeli). Pada saat itu jembatan suspensi dari rotan di atas
sungai (aek) Batang Toroe ditingkatkan dengan menggunakan kabel telegraf. Pada
tahun 1860an pelabuhan Djaga-Djaga dibangun, suatu pelabuhan yang berada
diantara pelabuhan Sibolga dan pelabuhan Leomoet.

Pada era Perang Batak melawan
Sisingamangaradja (sejak 1875), ibu kota Residentie Tapanoeli (pemerintahan
sipil) dipindahkan dari Sibolga ke Padang Sidempoean. Kota Sibolga hanya
dijadikan pusat militer. Sehubungan dengan intensitas lalu lintas yang tinggi
(arus perdagangan dan arus militer), jembatan suspensi dari kabel telegraf di
atas sungai Batang Taroe ditingkatkan dengan membangun jembatan permanen (yang
terbuat dari baja dan kayu). Jembatan Batang Toroe ini selesai dibangun pada
tahun 1883.
Jembatan Batang Toroe (selesai 1883)

Sejak selesainya jembatan Batang Toroe, arus penduduk
Angkola ke Sibolga, Padang dan Batavia semakin ramai. Sebelumnya, penduduk
Angkola ke Padang (ibu kota Province Sumatra’s Westkust) melalui Panjaboengan,
Kotanopan, Rao dan Fort de Kock. Dari Loemoet ke Djaga-Djaga/Sibolga dilakukan
dengan perahu dan kemudian dilanjutkan ke Padang dengan kapal layar (atau
sekali sebulan dengan kapal uap dari pelabuhan Sibolga).

Sejak ekspedisi pertama tahun 1875 ke
Bataklanden, wilayah Silindoeng dimasukkan ke Residentie Tapanoeli dengan
menempatkan Controleur Baron van Hoevel di Taroetoeng. Controleur ini aktif
dalam ekspedisi ke wilayah Toba pada tahun 1878. Lalu kemudian Baron van Hoevel
digantikan oleh LC Welsink pada tahun 1880. Pada tahun 1882 wilayah Toba
dimasukkan menjadi Residentie Tapanoeli, Pada tahun 1883 LC Welsink menjadi
Controelur di onderafdeeling Toba (Balige), sementara di onderafdeeling
Silindoeng adalah Van Dijk (di Taroetong). Welsink menjadi seteru
Sisingamangaradja. Setelah berhasil mengusir Sisingamangardja ke luar wilayah
Tapanoeli (Onderafdeeling Toba) pada tahun 1890 LC Welsink menjadi Asisten
Residen di Afdeeling Silindoeng en Toba sejak 1890 berkedudukan di Taroetoeng.
Pada tahun 1898 LC Welsink diangkat sebagai Residen (masih ber ibu kota di Padang
Sidempoean).

Residentie Tapanoeli sejak 1905 telah dipisahkan dari
Province Sumatra’s Westkust.
Ibu kota Residentie dipindahkan (kembali) dari Padang
Sidempoean ke Sibolga pada tahun 1907 (1 Januari). LC Welsink berakhir masa
jabatannya sebagai Residen Tapanoeli tahun 1908 karena meninggal dunia. Ini
berawal dari sakit yang dialaminya. Ketika dibawa berobat ke Padang dan Batavia
meninggal di tengah perjalanan di sekitar Air Bangis.

Saleh
Harahap gelar Dja Endar Moeda: Surat Kabar Berbahasa Melayu Tapian Na Oeli

Tunggu deskripsi lengkapnya

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top