*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini
Sejarah
bajak laut boleh jadi seumur dengan sejarah navigasi pelayaran. Bajak laut
tidak hanya di laut Mediterania juga di Laut Caribia. Di Nusantara (baca:
Indonesia) bajak laut hampir di seluruh perairan seperti selat Malaka, laut
Cina, selat Carimata, laut Celebes, teluk Tomini dan selatan Jawa. Di kepulauan
Soenda Ketjil bajak laut juga ditemukan di perairan Laut Jawa, selatan Bali, selatan
Lombok, teluk Sape, Manggarai (Flores), Pulau Sumba dan Pulau Sabu.

dilaporkan sejak era Portugis di selat Malaka dan Laut Cina (lihat Mendes
Pinto, 1535). Praktek bajak laut ini juga semakin kerap dilaporkan pada era VOC
(Belanda) seperti di pantai utara Jawa. Dua kawasan yang enggan dilalui
navigasi orang Eropa adalah pantai timur pulau Borneo dan pantai timur pulau
Celebes. Praktek bajak laut ini, seperti disebut di atas masih terus ada hingga
era Pemerintah Hindia Belanda seperti kepulauan Riau, perairan Bangka-Belitung,
selatan Bali dan selatan Lombok, teluk Tomini, perairan Manado, pantai timur
laut Borneo dan selat Karimata. Terminologi bajak laut sendiri bersifat umum,
suatu serangan di laut atau serangan ke daratan (pantai) dari laut. Seperti
disebut di atas praktek bajak laut terjadi di seluruh dunia, praktek bajak laut
ini bersifat trans-nasional yang asalnya sulit diketahui secara pasti dan
banyak yang bekerjasama dengan pelaut-pelaut dan penduduk lokal.
Bagaimana
sejarah bajak laut? Dalam hal ini kita
batasi yang pernah terjadi di perairan Pulau Timor dan sekitar seperti Teluk
Sape, Manggarai (Flores), Pulau Sumba dan Pulau Sabu. Yang jelas tidak hanya
penduduk dan pedagang lokal yang jadi sasaran, juga pedagang-pedagang Eropa
(Belanda). Bagaimana bajak laut itu muncul? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
ntuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Bajak Laut di Perairan Soenda
Ketjil
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Tawan Karang Ala Bali di
Flores
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.