Sejarah

Sejarah Kupang (15): Sejarah Pelabuhan di Nusa Tenggara Sejak Zaman Noussa hingga Zaman Benteng; Moor, Portugis, Belanda




false
IN


























































































































































 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Dalam
navigasi pelayarann zaman doeloe di nusantara, tujuan setiap kapal di lautan
adalah pelabuhan. Yakni pelabuhan yang memiliki transaksi perdagangan.
Transaksi perdagangan ini di pelabuhan, kehadiran perahu antar pulau (antara
nusa atau nusantara) atau kapal internasional (dari Eropa, Jazirah Arab, India atau
Tiongkok). Pertanyaannya: bagaimana pelabuhan-pelabuha di Kepulauan Soenda
Ketjil, khususnya di pulau Timor dan sekitar terbentuk.

Pada masa ini di provinsi Nusa Tenggara Timur
pelabuhan besar yang sudah lama ada adalah pelabuhan Tenau dan pelabuhan Bolok di
Kota Kupang; pelabuhan Waingapu (Sumba Timur); pelabuhan Ende (Bung Karno) dan
pelabuhan Ippi (Ende); pelabuhan Atapupu (Belu); pelabuhan Wini (Timor Tengah
Utara); pelabuhan Larantuka (Flores Timur) dan pelabuhan Lorosay (Sikka). Dala
tahun-tahun terakhir ini pelabuhan baru atau direnovasi yakni pelabuhan Kandidi
Reo, pelabuhan Potta, pelabuhan Atapupu, pelabuhan Larantuka, pelabuhan Papele,
pelabuhan Lamakera, pelabuhan Waiwerang, pelabuhan Terong, pelabuhan Komodo, pelabuhan
Wuring, pelabuhan Palue, pelabuhan Ba’a, pelabuhan Naikliu, pelabuhan Maurole,
dan pelabuhan Kolbano.

Bagaimana
sejarah pelabuah-pelabuhan di provinsi Nusa Tenggara Timur
? Yang pertama dilaporkan adalah di pelabuhan Batoetara
(di pulau Komba). Pelabuhan berikutnya adalah pelabuhan Lohayong (pulau Solor)
dan pelabuhan Pante Macassar (pulau Timor). Lantas dimana lagi pelabuhan berikutnya
? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan
. Untuk
ntuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe
.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pelabuhan Kuno Era Portugis: Batoetara,
Lohajong dan Pante Macassar

Pada
peta awal Portugis, peta yang dibuat Antonio Reinel pada tahun 1517 hanya empat
nama geografis yang diidentifikasi: pulau Solor pulau Timor, Batoetara dan
tanjung Cabo d Florest. Kota pelabuhan terdapat di Batoetara (kini di Pulau
Komba), kota pelabuhan yang terhubung ke Macassar melalui Selayar. Dalam hal
ini pulau Solor dan pulau Timor adalah para pedagang di Batoetara mengumpulkan
kayu cendana di dua pulau, sedangkan Cabo das Flores adalah suatu tanjung yang
ditandai sebagai jalan dari Batoetara ke pulau Solor dan pulau Timor.

Sebelum kehadiran pelaut-pelaut Portugis ke
Batoetara, paling tidak tiga nama geografis (Bataoetara, Solor dan Timor) sudah
ramai di kunjungi oleh para pedagang di kota pelabuhan Macassar.
Padagang-pedagang Macassar ini adalah para pedagang Moor yang berbasis di kota
pelabuhan Muar (di Semenanjung, selatan kota Malaka). Orang Moor adalah
pelaut-pelaut beragama Islam asal Afrika Utara (Mauritani, Morocco dan Tunisia)
yang sudah lama di nusantara dengan lingua franca bahasa Melayu. Selain di
Semenanjung, orang Moor banyak di pulau Mindanao dan Ternate. Orang Moor dapat
dikatakan adalah pendahulu (predecessor) orang-orang Portugis. Rute pelayaran
orang-orang Moor inilah yang diikuti oleh pelaut-pelaut Portugis. Penamaan nama
geografis Batoetara dan Timor (bahasa Melayu) dan Solor (merujuk pada nama
Selayar) diduga kuat adalah pedagang-pedagang Moor. Pada Peta Antonio Reinel (1517)
pelaut-pelaut Portugis menambahkan untuk penanda navigasi (pintu) masuk ke
pulau Solor dan pulau Timor.

Batoetara
(kini di Pulau Komba) adalah pelabuhan terawal di Nusa Tenggara (kepulauan
Soenda Ketjil). Dalam perkembangannya, pedagang-pedagang Demak memperluas
perdagangannya di pantai utara pulau Bali (di Boeleleng) dan di pantai utara
pulau Soembawa (di teluk Bima). Saat perdagangan semakin ramai di pulau Solor
(karena kehadiran pedagang-pedagang Portugis yang berbasis di Malaka), pada
tahun 1557 misionaris Portugis membuka stasion di pulau Solor di Lohajong.
Untuk memperkuat pertahanan, misionaris dan penduduk lokal membangun benteng di
Lohajong. Dalam hal ini Lohajong dapat dikatakan sebagai pelabuhan yang kedua
di Nusa Tenggara (Timur). Untuk mendekatkan diri ke TKP, pedagang-pedagang
(Moor asal Macassar) relokasi dari Batoetara ke pulau Timor di Pante Macassar
(kini Okusi, Timor Leste).

Pelayaran pertama Belanda yang dipimpin oleh
Cornelis de Houtman (1595-1597) hanya berakhir di pulau Lombok. Dalam laporan Cornelis
de Houtman menyebutkan bahwa pedagang-pedagang Jepara sejak 1593 membuka pos
perdagangan di teluk Lombok untuk perdagangan kayu jati. Pedagang-pedagang
Jepara adalah suksesi pedagang-pedagang Demak. Pedagang-pedagang Jepara dalam
hal ini menguasai perdagangan di Bali, Lombok dan Soembawa. Orang-orang Belanda
sendiri sejak 1597 telah membuka pos perdagangan di pantai timur Bali. Dengan
demikian, hingga awal kehadiran Belanda di Nusa Tenggara, paling tidak sudah
terdapat tujuh pelabuhah: Boeleleng (Bali), Bima (Sumbawa), Batoetara (Pulau
Batoetara), Lohajong (pulau Solor), Pante Macassar (pulau Timor), Lombok (pulau
Sasak) dan Padang Baai (Bali)

Tunggu
deskripsi lengkapnya

Pelabuhan Baru era Belanda: Coupang
dan Lainnya

Orang-orang
Belanda yang memiliki pos perdagangan di Bali, memperluas perdagangannya dengan
menempatkan pedagangnya di Ternate, Amboina, Banda dan Macassar. Pada tahun
1605 yang dibantu pasukan pribumi asal Bali menyerang Portugis di Amboina.
Sejak inilah pamor Belanda semakin meningkat. Orang-orang Portugis di Amboina
menyingkir ke Ternate (sementara Spanyol di Tidore).

Adanya perselisihan antara Banten dan
Portugis, pelaut-pelaut Belanda bekerjasama dengan Banten dan mengusir Portugis
dari Banten. Pulau Banda yang sudah dikuasai Belanda (dari Amboina), untuk
meratakan jalan pada jalur navigasi Belanda antara Selat Soenda, Banten hingga
ke Banda dan Amboina, hanya tersisa kekuatan Portugis di benteng Hendricus di Pulau
Solor.

Pada
tahun 1613 pelaut-pelaut Belanda mengusir orang-orang Portugis di benteng
Lohajong (pulau) Solor. Orang-orang Portugis kemudian menyingkir ke Coupang.
Namun pelaut-pelaut Belanda yang sudah membangun kekuatan di Pulau Solor terus
mengejar orang-orang Portugis di Coupang. Orang-orang Portugis yang menyadari
diri dalam posisi lemah di jalur navigasi selatan ini, dan untuk menghindari
kerugisan yang besar, orang-orang Portugis di Coupang segera menyingkir ke arah
timur pulau (kini wilayah Timor Leste). Sejak inilah pedagang-pedagang Belanda
membuka pos perdagangan di Coupang (membentuk pelabuhan baru).

Tunggu
deskripsi lengkapnya

Pelabuhan Baru era Belanda: Coupang
dan Lainnya

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top