Sejarah

Sejarah Madura (1): Asal Usul Nama Pulau Madura; Seberapa Dekat Secara Geografis Pulau Madura dan Pulau Jawa Tempo Dulu?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Pada dasarnya, di zaman kuno, nama menunjukkan
(nama) tempat. Itu berarti secara geografis mengindikasikan nama tempat
(kampong), nama sungai, nama gunung, nama pulau atau nama selat dan nama teluk
dan nama tanjong. Bagaimana dengan nama (pulau) Madura? Nama Madura tidak hanya
sebagai nama pulau, tetapi nama kelompok populasi (asli) yang mendiaminya.
Dalam hal ini secara geomorfologis, apakah pulau Madura adalah pulau yang
terpisah dengan pulau Jawa atau sebeliknya pulau yang menyatu dengan pulau
Jawa?


Dalam
babad tanah Madura dikisahkan pulau Madura pada zaman dahulu hanya terlihat
sebagai puncak-puncak tanah tinggi (bukit-bukit, dan beberapa dataran yang
ketika air laut surut dataran tersebut terlihat), sedangkan apabila laut pasang
dataran tersebut tidak tampak (di bawah permukaan air). Puncak-puncak terlihat
tersebut diantaranya disebut Gunung Geger di kabupaten Bangkalan dan gunung
Pajudan di kabupaten Sumenep. Sementara itu, disebut sejarah tanah Madura tidak
terlepas dengan sejarah yang terjadi di tanah Jawa. Diceritakan suatu masa di
pulau Jawa berdiri kerajaan Medang Kamulan, di dalam kotanya ada sebuah keraton
bernama Giling Wesi, rajanya bernama Sang Hyang Tunggal (Kerajaan Medang
Kamulan terletak di muara sungai Brantas; ibu kotanya bernama Watan Mas). Sedangkan
sejarah Madura dimulai dari Arya Wiraraja sebagai Adipati pertama di Madura
pada abad 13, diangkat oleh Raja Kertanegara dari Singosari, tanggal 31 Oktober
1269 dimana pusat pemerintahan di Batuputih Sumenep (yang menjadi keraton pertama
di Madura). Dalam teks Nagarakertagama terutama pada tembang 15, disebutkan pulau
Madura semula bersatu dengan tanah Jawa, ini menujukkan bahwa pada tahun 1365an
orang Madura dan orang Jawa merupakan bagian dari komunitas budaya yang sama. Sekitar
tahun 900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu
Jawa timur seperti Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Antara tahun 1500 dan
1624, para penguasa Madura bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai
utara Jawa seperti Demak, Gresik, dan Surabaya. Pada tahun 1624, Madura
ditaklukkan oleh Mataram dan sesudah itu, pada paruh pertama abad ke-18 Madura
berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda
(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah asal usul nama Pulau
Madura? Seperti disebut di atas, ketersediaan data dapat mempengaruhi narasi
sejarah. Jika sejarah adalah narasi fakta dan data pertanyaannya adalah seberapa
dekat secara geografis Pulau Madura dan Pulau Jawa pada masa tempo doeloe?
Apakah sangat dekat bahkan Bersatu atau sangat berjauhan? Lalu bagaimana sejarah
asal usul nama Pulau Madura? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Asal Usul Nama Pulau Madura; Seberapa Dekat Secara
Geografis Pulau Madura dan Pulau Jawa Tempo Doeloe?

Nama Madura disebut dalam teks Negarakertagama
1365 dengan nama Madhura. Teks Negarakertagama diduga merupakan catatan tertua
tentang nama Madura. Dalam prasasti-prasasti yang lebih tua usianya tidak ada
yang mengindikasikan nama Madura. Nama Madura kemudian dicatat oleh
pelaut-pelaut Portugis (Peta 1513). Lantas sejak kapan nama Madura eksis? Tentu
saja jauh sebelum teks Negarakertagama ditulis.


Di
dalam teks Negarakertagama ditemukan banyak nama-nama geografis mulai dari
Sumatra hingga Papua. Di sebelah barat Sumatra bagian utara diidentfikasi nama
Barus dan di dekatnya nama Mandheling (Mandailing), Pane, Rokan, Lawas (Padang
Lawas). Di Jawa, selain nama Majapahit, Singhasari dan Madhura, juga ada nama
Pasuruan, Daha, Balitar, Lamajang, Balambangan plus (pulau) Bali. Ada nama-nama
yang kurang dikenal seperti Kulur, Patukangan, Bungatan, Bhinor, Pongging dan
sebagainya.

Di dalam teks Negarakertagama tidak ditemukan
nama, atau nama yang mirip dengan sekarang, seperti Surabaya, Malang, Sidoarjo,
Gresik, Sedayu, Tuban, Probolinggo dan Lamongan. Mengapa? Nama Madura dalam
teks Negarakertagama mewakili seluruh pulau sebagai nama pulau dengan nama (nusa)
Madhura. Dalam hal ini di dalam teks berbicara tentang Madura (lihat Zang 15).
Nama Madhura juga disebut dalam Zang 28 dan Zang 42. Tidak ditemukan nama
Bangkalan, Pamekasan, Sampang dan Sumenep. Mengapa?


Dalam peta Portugis terbaru (Peta 1561) sejumlah nama tempat
diidentifikasi di (pulau) Jawa, antara lain Tuban, Mandalika dan, Japara. Mengapa
tidak disebut nama Banten, Zunda Kalapa dan Demak? Dalam laporan perjalanan
Mendes Pinto (1539) menyebut nama Banten, Zunda Kalapa dan Demak. Boleh jadi
para ahli kartografi di Eropa menganggap Zunda Kalapa (kini Jakarta) dan Demak tidak
begitu penting, dibandingkan dengan nama Japara. Beberapa decade kemudian
ekspedisi Belanda pertama yang dipimpin Cornelis de Houtman (1595-1597) membuat
sketsa di (pelabuhan) Banten, perairan pantai timur Bali. Ekspedisi pertama
Belanda datang dengan empat kapal. Pada saat ekspedisi tengah berada di perairan
Japara, utusan dari Balambangan meminta bantuan dari Cornelis de Houtman karena
ada serangan dari Jawa (dari arah barat/ pedalaman). Namun permintaan itu tidak
dapat dipenuhi, dan pada akhirnya Cornelis de Houtman diterima dengan baik di (pantai
timur Bali (kini Padang Bai). Hal serupa ini pernah diperoleh Cornelis de
Houtman di Dampin (kini, Kalianda Lampung).

Nama Tuban ditemukan dalam peta-peta Eropa
(1513-1597), tetapi tidak ditemukan dalam teks Negarakertagama (1365). Tuban
dan Japara tampaknya lebih penting pada awal kehadiran Belanda. Dalam laporan
Cornelis de Houtman disebut (di pantai timur) Lombok disebut ada koloni (perusahaan
kayu) Japara. Dalam hal ini Tuban dan Japara dapat dikatakan kota penting di
pantai utara Jawa (bagian timur).


Nama Tuban dieja oleh pelaut-pelaut Portugis dengan nama Tuvam. Namun
para pelaut Belanda menulisnya dengan Tuban. Nama asli Tuban sendiri adalah
Tubaon (lihat Gerret Vermeulen, 1677). Nama Tuban diduga nama baru, tidak ada
indikasi sebagai nama kuno yang berasal dari Hindoe-Boedha. Nama Tuban adalah
nama yang digunakan terbatas di Jawa bagian timur dan Bali. Sementara nama
Tubaon bersifat generic, ditemukan di sejumlah wilayah. Nama Tuban adalah
pengucapan Tubaon di wilayah Jawa/Bali.

Dalam Peta 1599 (peta
pelayaran Prancis yang dipimpin Livre) membuat sketsa, kota Tuban
diidentifikasi di sebelah kanan (D) dan tampaknya suatu pulau berada di sebelah
timur (C). Pulau apa? Namun itu juga tidak dapat disimpulkan sebagai pulau
Madura. Sebab Livre menulis, jalur ke selatan (selat) dari Tuban disebut dimana
terdapat kota yang berseberangan dengan kota Arosbay di (pulau) Madura.


Sketsa Livre diduga adalah kawasan suatu kota (Tuban) dimana wilayah kota
ini terdapat di pantai daratan (pulau) Jawa dan suatu pulau (kecil) yang berada
di sebelah timur dipisahkan oleh selat sempit. Jika selat itu cukup sempit,
tentulah pulau di sebelah timur Tuban bukan pulau Madura, tetapi bagian kota
Tuban yang terpisah di pulau. Ini berarti kota Tuban memiliki pulau. Lantas apa
yang dimaksud dengan kota Arosbay adalah suatu kota di pulau Madura.
Pertanyaannya: pada masa ini dimana pulau kecil di sebelah timur Tuban dan dimana
jalur pelayaran selatan Tuban?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Seberapa Dekat Secara Geografis Pulau Madura dan Pulau
Jawa Tempo Doeloe? Pendekatan Geomorfologis dan Sumber Sejarah Lama

Dalam teks Negarakertagama (1365) nama Madura
diidentifikasi sebagai suatu pulau (nusa). Dalam teks juga disebut nama Bali.
Dari banyak nama yang disebut dalam teks, hanya nama Madura dan Bali yang merupakan
pulau. Di dalam teks juga tidak ada nama-nama yang ditemukan di pulau Madura
yang sekarang. Oleh karena teks Negarakertagama berbicara tentang Majapahit,
maka nama-nama tempat yang banyak itu berada di bagian daratan (pulau Jawa) dan
nama (pulau) Madura sebagai satu kesatuan wilayah (pulau) yang terpisah dari
Majapahit. Dalam konteks inilah pertanyaan muncul: seberapa jauh/dekat pulau
Madura dari pusat Majapahit (kini di Mojokerto).


Dalam
teks Negarakertagama, nama-nama tempat yang disebut, tidak ada yang
mengindikasikan nama yang kini ada di pulau Madura, dan juga tidak ada nama
atau nama yang mirip di hilir Majapahit (Mojokerto) yakni di daerah hilir
sungai (kali) Brantas dan daerah hilir sungai (bengawan) Solo. Nama-nama yang
ada dalam teks Negarakertagama dak masih eksis pada masa kini antara lain nama Pasuruan.
Nama Bhinor berada di wilayah kabupaten Probolinggo (lereng sebelah utara gunung
Argapura); Bungutan di kabupaten Situbindo di sebelah timur lereng bukit; Pongging
berada di tenggara kabupaten Mojokerto di lereng gunung Pananggungan.

Dari segi geografis, Madura adalah suatu pulau yang terpisah dari pulau
Jawa. Apa yang menjadi asal usul nama Madura tidak diketahu secara pasti,
apakah merujuk pada nama tempat, nama sungai atau nama gunung. Nama pulau
(nusa) adalah keterangan atau label yang ditambahkan jika nama tempat berada di
suatu pulau yang lebih kecil dari (daratan) Jawa. Pada era VOC nama Madura
melekat pada nama ibu kota kerajaan Maduretna (lihat Peta 1724), tetapi pada
era Pemerintah Hindia Belanda nama Maduretna telah direduksi menjadi nama
Madura (lihat Peta 1818) seiring dengan penetapan kmapong Bangkalan sebagai ibu
kota baru (di pantai barat). Nama tempat atau nama pulau Madura kini juga
menjadi nama kelompok populasi yang mendiami pulau.


Kelompok
populasi yang mendiami pulau Madura, pada masa ini secara linguistic dianggap
memiliki bahasa sendiri (seperti halnya di Bali), yakni bahasa yang digunakan
di (pulau) Madura berbeda dengan di daratan (bagian dalam) Jawa dan di (pulau)
Bali. Seperti halnya bahasa Bali, bahasa Madura juga diduga kuat sebagai bahasa
asli di pulau Mmadura tetapi dalam perkembanganya mengalami perngaruh dari
bahasa di darata Jawa dan bahasa-bahasa di pesisir timur pulau Jawa. Secara
geografis, adanya perbedaan bahasa karena secara geografis ada jarak (berjauhan)
dan adanya pengaruh bahasa karena adanya pengaruh kuat yang secara sosio budaya
yang semakin mendekat. Elemen bahasa hanyalah salah satu untuk membedakan
kelompok populasi di (daratan) Jawa dengan kelompok populasi di pulau-pulau
seperti di pulau Madura. Peta 1818

Lantas seberapa dekat secara geografis pulau
Madura dan pulau Jawa tempo doeloe? Pendekatan geografis, historic (data teks)
dan sosiobudaya (linguistic) tidak cukup untuk menjelaskannya. Dalam hal ini pendekatan
lain yang sesuai dapat digunakan untuk menjelaskan seberapa jauh secara
geografis pulau Madura jauh dari daratan (pulau) Jawa yakni pendekatan secara geomorfologis.


Studi-studi
geomorfologis sudah muncul pada akhir era Pemerintah Hindia Belanda (namun
tidak berkelanjutan). Ada dugaan bahwa pulau Jawa pernah menyatu dengan pulau
Bali dan tentu saja ada yang berpendapat bahwa pulau Jawa pernah menyatu dengan
pulau Sumatra dan bahka ada yang berpendapat bahwa pulau Sumatra juga menyatu
dengan daratan Asia (terhubung dengan semenanjung Burma melalui pulau-pulau
Andaman dan Niucobar). Bukti-bukti yang ditunjukkan antara lain adanya kelompok
populasi negroid di Andaman dengan penemuan kelompok populasi negroid di (pulau)
Jawa. Adanya harimau di Sumatra, Jawa dan Bali diduga garis continuum penyebaran
populasi harimau di Asia. Dalam sketsa Livre ditunjukkan adanya gajah di Tuban
(sebagaimana gajah ditemukan di Sumatra dan daratan Asia). Tentu saja jika semua
itu pernah menyatu, sudah barang tentu itu terjadi jauh di masa lampau.

Sebelum menganalisis seberapa jauh secara geografis
pulau Madura dari pulau Jawa tempo doeloe ada baiknya pertanyaan sekunder dipertanyakan.
Seberapa besar (luas) perbedaan pulau Madura pada masa kini dibandingkan pulau
Madura pada masa lampau? Secara geomorfologis, pulau Madura, terutama di
bagian-bagian tertentu telah meluas ke perairan (laut) yang diduga karena
adanya proses sedimentasi jangka panjang. Proses itu secara signifikan terjadi
di daerah aliran sungai.

Tunggu deskripsi lengkapnya


 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top