*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini
Mengapa Morowali
merujuk ke Poso dan Makassar merujuk ke Luwu? Sebagaimana diketahui pada masa
kini kabupaten Morowali berada di provinsi Sulawesi Tengah dan kabupaten Luwu
(Timur) berada di provinsi Sulawesi Selatan. Dua wilayah ini berada di sisi
danau Towuti. Kabupaten Luwu (Timur) di sisi barat danau dan kabupaten Morowali
di sisi timur. Dalam sejarahnya pulau Sulawesi bagian tengah terdiri dari empat
wilayah sesuai arah mata angin: barat (Toraja), utara (Poso), selatan (Luwu)
dan timur (Morowali).

dimerkarkan dari kabupaten Poso di provinsi Sulawesi Tengah. Sebelumnya juga
kabupaten Poso telah dimekarkan dengan membentuk kabupaten Tojo Una-Una (dengan
ibu kota di Ampana). Ibu kota kabupaten Morowali sendiri di Kota Bungku. Bahasa
yang digunakan di kabupaten Morowali umumnya adalah bahasa Mori Bungku. Kabupaten
Morowali sendiri telah dimekarkan dengan membentuk kabupaten Morowali Utara
(ibu kota di Kolonodale). Sementara itu kabupaten Luwu Timur merupakan
pemekaran dari kabupaten Luwu. Kabupaten Luwu juga telah dimekarkan dengan
membentuk kabupaten Luwu Utara dan Kota Palopo.
Lantas
bagaimana sejarah Morowali? Seperti disebutkan di atas kabupaten Morowali (Utara)
dimekarkan dari kabupaten Poso. Lalu bagaimana hubungan Morowali dengan Poso, Luwuk
dan Toraja di masa lampau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Morowali dan Bungku: Poso, Toraja dan Luwu di Sulawesi
Orang
Portugis awalnya tidak mengenal nama Sulawesi. Pada peta pertama mereka yang
dibuat pada palayaran pertama tahun 1511 hanya mengidentifikasi nama satu
tempat di pulau yakni Makassar. Arah rute Portugis ini dari Malaka ke pantai
utara Jawa terus ke Timor dan seterusnya melalui Banda hingga Malaku. Pada
pelayaran berikutnya rute ini tidak digunakan dan memilih rute yang sudah
dirintis oleh orang-orang Moor dari selat Malaka ke Maluku via pantai utara
Borneo dan Semenanjung Sulawesi. Pelaut-pelaut Spanyol juga akhirnya menemukan
jalan ke Maluku via celah Amerika Selatan melalui lautan Pasifik hingga
menumkan Zebu (di Filipina) dan kemudian ke Maluku. Hal itulah mengapa Maluku
menjadi penting bagi Portugis dan Spanyol (sebagai dua bangsa Eropa pertama).
Dalam peta-peta Portugis kemudian nama pulau tidak lagi hanya mengidentifikasi
nama Makassar, tetapi mengidentifikasi sebagai (pulua) Celebes.

pelaut-pelaut Portugis berdasarkan catatan mereka yang ditemukan di Maluku
bahwa pulau besar di sebelah barat adalah Sulawesi. Pernamaan pulau besar ini
sebenarnya merujuk pada nama pulau Sulabesi (kabupaten Sula yang sekarang). Pelaut-pelaut
Portugis mencatatnya sebagai Xullabesi. Nama pulau kecil Sulawesi inilah yang
menjadi nama pulau Sulawesi yang dicatat mereka sebagai Celebes (sesuai
pelafalan mereka). Ini juga sama dengan sebelumnya ketika pelaut-pelaut
Portugis untuk kali pertama ke pulau Kalimantan pada tahun 1521 di kota pelabuhan Boernai yang kemudian
sejak itu nama pulau diidentifikasi pelaut-pelaut Portugis dalam peta sebagai
pulua Borneo (merujuk pada nama Boernai). Kelak, pelaut-pelaut Belanda pada
tahun 1597 memberi nama pulau Lombok berdasarkan nama pelabuhan di pantai timur
yang disebut Lombok. Jadi, nama tempat dijadikan nama pulau (termasuk nama
pulau Ternate).
teks Negarakertagama (1365 M). Nama lainnya di Sulawesi dalam teks ini adalah Luwu
dan Bouton. Pada masa ini diduga kuat belum terbentuk populasi Bugis dan
Makassar. Dalam hal ini penghuni pertama sebelum Bugis, Makassar, Bouton dan
Manado adalah orang Luwu, orang Muna, orang Toraja dan orang Minahasa dan orang
Poso dan juga termasuk orang Manggarai. Penghuni pertama ini adalah penduduk
ras coklat yang bercampur dengan (penduduk asli). Penduduk asli ini sejumlah
peneliti pada era Hindia Belanda menyebut dengan kata lain sebagai Weda di
Ceylon, Lubu, Kubu, Sakai di Sumatra, Senoi di Semenanjung, Dayak Oeloeajar di
Borneo dan Toala di Sulawesi (lihat Tijdschrift van het Aardrijkskundig
Genootschap, 1912). Penghuni pertama inilah yang kemudian bercampur dengan
penduduk pendatang berikutnya (terutama orang Melayu) yang kemudian menjadi
cikal bakal populasi Bugis, Makassar, Mandar, Morowali dan Manado dan
sebagainya yang pada gilirannya mendesak penghuyni pertama lebih ke arah
pedalaman. Penduduk pertama inilah yang diduga kuat menjadi partner perdagangan
orang-orang Jawa pada era Majapahit.
Penghuni pertama pulau
Sulawesi menjadi agen pembaharu dalam berbagai dimensi kebudayaan seperti
bahasa, aksara, seni, pertanian, teligi dan sistem sosial. Sebagaimana
diketahui bahwa sistem aksara memiliki kemiripan antara penduduk Sulawesi
dengan penduduk pulau-pulau di Filipina (yang berbeda dengan sistem aksara
Jawa), Dalam hal linguistik kosa kata elementer penghuni pertama (pendatang
pertama) masuk ke dalam bahasa lokal penduduk asli yang membentuk ragam bahasa
di Sulawesi. Kosa kata elementer yang dapat didaftarkan disini dari berbagai
bahasa di Sulawesi, Filipina dan Manggarai adalah seperti ina, inang (ibu),
ama, amang (ayah), empung, ompu, oppu (leluhur), puang, matua dan sebagainya
dan juga termasuk sistem bilangan dasar (satuan dan belasan). Dalam hal religi
juga ditemukan kemiripan satu sama lain yakni penghormatan terhadap leluhur.
Dalam seni bangunan juga memiliki kemiripan terutana bentuk atap bangunan
rumah.
Lantas muncul pertanyaan tentang penghuni pertama
pulau Sulawesi yang berkulit coklat datang dari mana? Yang jelas dari berbagai
aspek kebudayaan (termasuk bahasa), penduduk pertama Sulawesi (Filipina dan
Maluku) berbeda dengan penduduk pertama Kalimantan, Penduduk pertama Sulawesi
lebih mirip dengan bentuk fisik dan elemen-elemen budaya yang ditemukan di
pulau Sumatra.
Menurut van Leent penduduk
Sumatera dan pulau-pulau sekitarnya dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan
Melayu dan golongan Batak. Selain orang Batak, populasi seluruh rangkaian pulau
di sepanjang pantai barat Sumatera akan termasuk tipologi Batak dan juga Kubu.
Di sisi lain, Jung Huhn menganggap penduduk Nias dan Kepulauan Batu berhubungan
dengan orang Batak, sedangkan penduduk Kepulauan Pagai dan pulau Enggano secara
somatik lebih jauh dari Batak (lihat Tijdschrift van het Aardrijkskundig
Genootschap, 1917).
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Loeboe
Batoe (Kajoe Aroe) di Boengkoe Tempo Doeloe
Tunggu deskripsi
lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.