*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini
Keberadaan hotel berbagai tempat di Indonesia
sudah sejak era Hindia Belanda. Ada hotel yang masih eksisi hingga ini hari.
Bagaimana dengan di Malang? Konon, disebut hotel tertua di Malang yang dibangun
tahun 1861 dan hotel tersebut masih eksis. Apakah masih ada hotel lain di
Malang? Bagaimana masa hidupnya? Mari kita telusuri ke masa lampau.

Kisah
Hotel Pertama di Malang pada Masa Kolonial. Terakota.id. 11/02/2019. Abraham
Lapidoth, tinggal di Malang mendirikan hotel di alun-alun 1860. Hotel menjadi
salah satu penginapan paling awal berdiri, diberi nama Lapidoth
Hotel. Arsitektur ada unsur budaya Jawa, berupa joglo dipadukan nuansa Eropa. Hotel
berusia 159 tahun kini Hotel Pelangi. Terletak di Jalan Merdeka Selatan nomor 3
Kota Malang. Kondisi hotel sekarang ini masih 60 persen seperti kali pertama
dibangun. Sisa-sisa warisan masa lalu itu masih bisa dijumpai, misalnya, salah
satu ruangan yang kini berfungsi sebagai Hall Lodji Coffe Shop and Resto.
Seluruh bagian atap dan tegel ruangan masih aslinya. Dinding ruangan, tertempel
22 lukisan keramik didatangkan langsung dari Belanda. “Tamu kami berasal dari
Belanda menyebut beberapa tempat yang dilukisan keramik itu masih ada,” ujar
Arda. Pada 1870, nama Lapidoth Hotel jadi Hotel Malang dan diganti lagi jadi
Hotel Jensen 1900. Beberapa tahun kemudian, hotel dijual dan sebagian
bangunannya dihancurkan. Pada 1915, pemilik baru membangun kembali hotel dengan
nama Palace Hotel. Arsitektur bangunannya pun ikut diubah. Dua menara tinggi
menjulang dibangun di sisi kiri dan kanan pada tengah bangunan utama. Pada pendudukan
Jepang (1942-1945) namanya menjadi Asoma Hotel. Hotel ini mengalami kerusakan
parah, dua menara dan sebagian besar bangunannya hancur karena pembakaran
terjadi dalam peristiwa Malang Bumi Hangus. Pengusaha Banjarmasin membeli hotel
itu pada 1953 nama Palace Hotel diubah menjadi Hotel Pelangi 1964. “Pengelola
sekarang adalah generasi kedua,” ujar Arda. (https://www.terakota.id/)
Lantas bagaimana sejarah hotel di wilayah
Malang, masa ke masa? Seperti disebut di atas, hotel tertua di Malang masih
eksis hingga ini hari. Hotel tersebut disebutkan dibuka tahun 1861. Hotel itu
berganti nama dari Lapidoth Hotel menjadi Hotel Jensen, Palace Hotel, Asoma
Hotel dan kini dengan nama Hotel Pelangi. Lalu bagaimana sejarah hotel di wilayah
Malang, masa ke masa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Hotel di Wilayah Malang, Masa ke Masa; Lapidoth Hotel,
Hotel Jensen, Palace Hotel, Asoma Hotel, Hotel Pelangi
WG Jutting adalah seorang pengusaha di Oost Java. WG
Jitting berbisnis di Soerabaja, Pasoeroean, Banjoewangi, Modjokerto dan Malang.
Bisnisnya diduga dimulai dari jasa penginapan. Pada tahun 1851 WG Jitting
pulang kampong ke Eropa (lihat Javasche courant, 31-12-1851). Disebutkan WG
Jitting bersama keluarga berangkat ke Eropa. Mereka menunpang kapal barang
dengan kapal Jaski, Anna en Eliza. WG Jitting dan istri dengan tiga anak plus
pembantu.
Pada tahun 1854 WG Jitting dan keluarga sudah berada di Soerabaja, Oost
Java (lihat De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws-
en advertentieblad, 08-11-1854). Besar dugaan, WG Jitting untuk kali pertama
pulau kampong ke Belanda setelah anak-anak mereka siap untuk melakukan
pelayaram jarak jauh (via Afrika Selatan). Tidak terinformasikan riwayatnya.
Boleh jadi datang ke Jawa sendiri dan mulai merintis bisnis dan kemudian
berhasil. Tidak ada indikasi WG Jitting lahir di Hindia. Pada awal Desember WG
Jitting tiba kembali di Soerbaja dari Modjokerto (lihat De Oostpost:
letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 06-12-1854).
Pada bulan Mei 1956 diberitakan WG Jitting akan
menutup hotel (legement) miliknya (lihat Javasche courant, 14-05-1856). Disebutkan yang bertanda tangan di bawah
ini, Residen Pasoeroean, dengan ini mengumumkan kepada semua orang bahwa,
sebagai pemilik logement di
afdeeling Malang saat
ini, WG Jitting, telah menyatakan niatnya untuk segera
menutup penginapannya. Dalam hubungkan (diumumkan) akan ada peluang disana untuk pendirian dan
pemeliharaan logement. Siapa pun yang mungkin ingin
melakukannya dapat menghubungi Asisten Residen di afdeeeling tersebut untuk informasi lebih lanjut.
Pasoeroean, Resident tersebut di atas, tanggal 6
Mei J856. Mr Steinmetz.
Tidak terinformasikan sejak kapan WG Jitting mendirikan logement di
Malang. Tidak ada indikasi ada logement lain. Besar dugaan WG Jitting adalah
orang pertama yang mendirikan hotel (legement) di Malang. Catatan: Residentie
Pasoeroean terdiri dari tiga afdeeling: Pasoeroean, Bangil dan Malang.
Penempatan Asisten Residen di Malang sejak 1818. Mr Steinmetz sebelumnya adalah
Residen Palembang dan Residen Padangsche Bovenlanden.
Kapan pastinya logement di Malang milik WG Jitting ditutup
tidak diketahui secara pasti, Yang jelas WG Jitting pulang Agustus tiba di
Soerabaya dengan rekan bisnisnya dari Banjoewangi (lihat De Oostpost: letterkundig,
wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 07-08-1856). Tampaknya, WG Jitting
telah beralis profesi dari bisnis jasa penginapan menjadi bisnis perdagangan (ekspor-impor).
Pada tahun 1857 diinformasikan barang dagangan WG Jitting sebanyak 340 picol
tembakau dan satu peti arrowroot dikirim ke Amsterdam dengan kapal brik Anna
Christina (lihat De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel
nieuws- en advertentieblad, 14-05-1857). Sementara itu di Malang disebutkan di
Malang sebuah logement telah didirikan (lihat De Oostpost: letterkundig,
wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 28-05-1857)..
Dalam berita juga disebutkan akan dimulai transportasi regular antara Pasoeroean
ke Malang dan sebaliknya, yang kemungkinan akan dimulai pada 1 Juli. Boleh jadi
kebijakan baru Steinmetz tentang transportasi telah turut memperkuat minat
investor baru dalam jasa penginapan di Malang. Seperti di era WG Jitting orang
yang sakit yang tidak tertampung di rumah sakit militer Malang memanfaatkan
logement. Pengobatan jangka panjang dengan kawasan yang sejuk dan sehat menjadi
tempat yang sesuai untuk penyembuhan. Seperti kita lihat nanti, alasan-alasan
yang terdapat di Malang (rumah sakit, lpgement dan udara yang sejuk dan sehat)
juga menjadi pemicu pasien jangka panjang memilih Soekaboemi.
Logement yang ada di Malang yang sekarang disebut dibangun
baru (lihat De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws-
en advertentieblad, 28-10-1858). Besar dugaan logement di Malang yang dibangun
baru jauh lebih besar dari logement WG Jitting sebelumnya. Hal ini karena
dituasi dan kondisi yang baru yang memiliki prospek berbisnis di Malang menjadi
lebih baik (dengan adanya transportasi regular). Disebutkan lebih lanjut logement
cocok untuk penerimaan para pelancong dan orang-orang, baik sendiri atau
bersama keluarga mereka, menempatkan tempat itu, baik untuk kesenangan atau
keinginan berkunjung untuk sakit atau untuk pemulihan kesehatan. Penginapan
sangat baru dibangun, terletak dan memiliki pemandangan dan sebagainya di
tengah kota utama Malang. Memiliki kamar dan bangunan tambahan yang luas dan
lapang untuk kebutuhan disediakan dengan baik untuk pelancong atau orang sakit.
Siap investor hotel (logement) baru ini tidak/belum diketahui secara
jelas. Jika mengacu pada kutipan di atas: ‘Abraham Lapidoth, tinggal di Malang
mendirikan hotel di alun-alun 1860. Hotel menjadi salah satu penginapan paling
awal berdiri, diberi nama Lapidoth Hotel’. Pernyaan ini tampaknya tidak
bersesuaian. Sebab hingga sejauh ini tidak ada terinformasikan nama Lapidoth di
Malang. Diberitakan lebih lanjut bahwa di Malang logement baru akan segera
dibuka disana, logement ini akan diatur dengan sangat baik untuk keluarga yang
ingin tinggal disana selama beberapa waktu (lihat Samarangsch advertentie-blad,
27-04-1860). Nama Lapidoth sendiri baru terdeteksi pertama kali di Hindia pada
tahun 1861 (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 22-05-1861). Disebutkan AC Lapidoth tiba dari Belanda di
Batavia dengan kapal Estafette. Lapidoth tinggal di salah satu hotel di Batavia.
Seperti kita lihat nanti baru tahun 1880 nama AC Lapidoth diketahui tinggal di
Malang. Dalam hal ini nama Lapidoth adalah orang baru di Jawa (Hindia).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Lapidoth Hotel, Hotel Jensen, Palace Hotel, Asoma
Hotel, Hotel Pelangi: Begaimana Hotel Lainnya di Malang
WG Jitting diketahui berangkat dari Soerabaja ke
Malang (lihat De
Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en
advertentieblad, 24-02-1863). Apakah WG Jittung rind
uke Malang? Jika tidak kedatangan di Malang untuk menginap di logement mewah di
Malang, apakah Jittting sedang membicarakan bisnis perdagangan di Malang? Siapa
yang menjadi pemilik logement mewah di Malang belum terinformasikan.

Yang jelas legement di Malang semakin terkenal dan dikenal luas (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 21-08-1867). Disebutkan Malang sekarang dapat membanggakan logement
yang sangat nyaman, dalam segala hal layak untuk direkomendasikan bagi para
pelancong dan kami tidak tahu harus memuji apa lagi, perlakuan tulus dari pemilik
logement terhadap para pengunjung atau meja yang bagus dan kamar-kamar yang
dilengkapi dengan barang-barang tua Belanda yang bersih.
Logement di Malang ini kemudian diiklankan dengan
nama Hotel Malang (lihat Bataviaasch handelsblad, 08-02-1868). Disebutkan dalam
iklan ini pemilik logement di Malang yang kini bernama Hotel Malang adalah APJ
Vissers. Nama Vissers tampaknya nama baru dalam dunia perhotrlah di Hindia
Belanda. Bagaimana dengan nama Lapidoth? Sejauh ini belum muncul dalam dunia
perhotelan. Seperti kita lihat nanti nama AC Lapidoth baru terinformasikan
tahun 1881.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pada tahun 1879 akan dibuka hotel baru yang diberi nama
Hotel Bellevue (lihat Soerabaijasch handelsblad, 04-12-1879). Disebutkan untuk
mendirikan dan mengoperasikan Hotel Bellevue di Malang dan telah mengadopsi statute
(anggaran dasar). Yang menjadi administrator NV Hotel Bellevue adalah Voormolen
sementara komisaris terpilih adalah van Rijckevortel, Fabiu dan Everard. Lalu
kemudian akan diadakan rapat umum pemegang saham pada tanggal 20 Januri untuk
membangunan NV Hotel Bellevue di Malang (lihat Soerabaijasch handelsblad, 15-01-1880).
Hotel akan dibuka pada tanggal 16 Desember 1881 (lihat Soerabaijasch
handelsblad, 13-01-1881). Disebutkan hotel terletak di luar cekungan kota
Malang di sekitar jalur kereta api. Dari jalan utama seseorang memasuki hotel,
melewati jembatan yang anggun, lurus ke kiri. Dari sana dapat melihat bagian
depan hotel yang indah dengan halaman yang lapang di sekitar petak bunga yang
rapi, Koridor tengah memberikan akses ke ruang makan, koridor ke kamar, dua di
antaranya juga membuka ke galeri depan. Kamarnya luas, terang dan lapang,
beberapa diantaranya suite untuk keluarga. Kamar-kamar terhubung ke bangunan
utama dengan galeri tertutup. Semua kamar memiliki galeri depan yang luas dan,
seperti galeri depan hotel, dilengkapi dengan baik. Ruang makannya sangat luas
dan langit-langitnya bagus. Dapat dibuka atau ditutup penuh di sisi kanan dan
kiri melalui pintu dan jendela dari kaca berwarna; sangat lengkap dengan iklim
Malang. Kamar mandi dan ruangan lain, memenuhi semua persyaratan dan
dihubungkan oleh galeri tertutup dengan ruang tamu. Ruang biliar, dilengkapi
dengan dua biliar yang sangat baik, terletak di depan bangunan luar. Seluruhnya,
kecuali koridor tertutup, berlantai ubin semen. Link dari gedung utama ada
tempat bermain untuk anak-anak dan beberapa meter di belakang dan di samping
kolam renang (belum selesai) dengan mata air. Seluruh hotel dikelilingi oleh
taman lanskap yang tertata rapi dengan bunga dan tumbuhan Eropa dan Hindia. Rancangan
dari seluruh arsitektur oleh Lakerveld & Co. Rancangan hotel telah merusak
bentuk penginapan kaku selama ini yang biasa-biasa saja dan telah menyediakan
sebuah bangunan yang, tanpa udara, memenuhi dalam segala hal persyaratan sebuah
hotel yang sempurna di pegunungan.
Hotel Bellevue di Malang yang dirancang sedemikian rupa
tidak hanya menampilkan bentuk bangunan hotel yang berbeda dengan yang ada di
Hindia, juga lokasinya bukan di area bisnis (tetapi masih cukup dekat dengan
kota), diharapkan tidak hanya untuk para pebisnis tetapi juga bagi wisatawan
pribadi atau keluarga di wilayah yang lanskap yang eksotik. Dalam hal ini Hotel
Bellevue berbeda dengan hotel lainnya di Malang, terutama hotel tertua di
Malang yakni Hotel Malang.
Seperti di berbagai tempat di Hindia Belanda, hotel dibangun yang membuat
jumlah hotel terus berambah. Wilayah Malang di pegunungan yang terus berkembang,
terutama dalam hal pengembangan perkebunan, menyebabkan kebutuhan akomodasi
semakin meningkat. Lebih-lebih kota Malang mulai viral pembicaraan yang
dianggap lebih sesuai sebagai ibu kota residentie (daripada di Pasoeroean).
Jalur kereta api dari Soerabaja ke Malang mempermudah semuanya untuk tumbuh
termasuk fasilitas perhotelan. Di Malang, tidak hanya Hotel Bellevue yang new comer,
juga ada new comer yang lain (lihat Soerabaijasch handelsblad, 25-02-1880).
Disebutkan Hotel Victoria baru saja dibuka, |sangat direkomendasikan untuk
umum, karena kamarnya yang luas dan lapang, meja dan layanan yang baik.
Akomodasi per hari f4. Untuk masa inap yang lama dan pengaturan diterima untuk keluarga.
Hotel ini juga terdapat ruang billiard yang terpisah. Selalu ada gerbong disediakan
di stasiun kereta api untuk diambil diantar ke hotel. Administrator J Boldy.
Lantas bagaimana nasib Hotel Malang, hotel tertua di
Malang? Yang kini, jelas ada pesainnya, seperti Hotel Bellevue yang kelasnya berada
di atas Hotel Malang dan Hotel Victoria yang mungkin head yo head dengan Hotel
Malang. Pada tahun 1881 muncul nama Lapidoth yang disebutkan menjadi bagian
dari Hotel Malang (lihat Soerabaijasch handelsblad, 14-06-1881). Disebutkan, terlepas
dari semua kemungkinan persaingan di Malang, hotel tertua di Malang, Lapidoth
akan mempertahankan reputasinya yang sudah mapan.
Dari keterangan tersebut nama Lapidoth tampaknya orang baru di dalam
investasi perhotelan. Sebagai investor baru, dalam hal ini di Hotel Malang,
Lapidoth akan tetap mempertahankan reputasi Hotel Malang sebagai hotel tertua
di Malang. Sebab pesaing Hotel Malang saat ini sudah bermunculan. Nama Lapidoth
terdeteksi pertama kali di Malang pada tahun 1880 (lihat Soerabaijasch
handelsblad, 17-05-1880). Disebutkan AC Lapidoth sebagai agent perusahaan rokok
Amerika di Malang. Lalu sejak kapan Lapidoth tinggal di Malang? Tidak diketahui
secara pasti, tetapi yang jelas kini Lapidoth menjadi bertanggungjawab terhadap
kesinambungan Hotel Malang sebagai hotel tertua di Malang. Seperti disebut di
atas, AC Lapidoth pertama kali tiba di Hindia di Batavia pada tahun 1861. Kini di
tahun 1881 Lapidoth telah menjadi pengusaha yang sukses.
Hingga tahun 1888 Lapidoth masih memiliki Hotel
Malang di Malang. Ini mengindikasikan bahwa AC Lapidoth menjadi warga kota
Malang, yang boleh jadi menjadi salah satu pengusaha berpengaruh di kota
Malang. Sejauh mana Lapidoth akan mempertahankan reputasi hotel tertua di
Malang, Hotel Malang. Yang jelas di Malang juga sudah diketahui keberadaan Hotel
Insulinde (lihat Soerabaijasch handelsblad, 01-10-1889).
Pada tahun 1890 ada seorang penulis menyebut nama ‘t hotel Lapidoth yang
berada dekat dengan (kantor) Asisten Residen (lihat De locomotief: Samarangsch
handels- en advertentie-blad, 10-05-1890). Dalam hal ini nama Hotel Malang
adakalanya diasosiakan para pengunjung/warga sebagai Hotel Lapidoth.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.