*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini
Peradaban Indonesia bermula
di pantai barat Sumatra. Sebelum ada prasasti-prasasti dan candi-candi,
peradaban baru sudah berkembang lebih awal di pantai barat Sumatra. Tidak ada
bukti-bukti bahwa peradaban baru (yang berasal dari luar) berasal dari arah lain
seperti dari arah utara di Tiongkok. Sebelum masuknya elemen peradaban tambahan
dari daratan Tiongkok, sudah sejak lama peradaban baru Indonesia berasal dari
arah barat (India) yang disebut era Hindoe Boedha. Sejatinya peradaban
Indonesia dibangun dengan pondasi elemen-elemen yang berasal dari India paling
tidak dari aspek bahasa dan adaptasi pengetahuan di lingkungan tropis.

Indonesia (baca: Hindia Timur) paling tidak sudah disebut Ptolomeus pada abad
ke-2 tentang tiga tempat yakni Sumatra bagian utara sebagai sentra produksi
kamper, Katigara (kini Kamboja) dan pulau Taprobana (pulau Kalimantan).
Nama-nama ini mengindikasikan nama India. Berdasarkan catatan Tiongkok dinasti
Shu pada abad ke-2 Kerajaan (dari) Yeh-tiao telah mengirim duta besar ke
Tiongkok karena telah membuka pos perdagangan di Annam (Yeh-shin). Kerajaan
Yeh-tiao ini beberapa ahli sejarah tempo doeloe menyebut sebagai Sumatra. Dua
informasi terawal ini dari Eropa (Ptolomeus) dan Tiongkok (dinasti Shu)
bersesuaian. Informasi ini semakin diperkuat dengan temuan prasasti Vo Cahn
(sekitar Annam) yang berasal dari abad ke-3. Masih berdasarkan literatur Eropa
yang berasal dari abad ke-5 menyebut bahwa kamper diekspor melalui pelabuhan
yang disebut Barus. Pada era inilah diketahui keberadaan kerajaan yang diduga
kuat Kerajaan Taruma (di Jawa bagian barat) dengan bukti candi Batujaya dan
prasasti Muara Kaman,
Lantas bagiamana sejarah pelabuhan
Barus sejak zaman kuno? Seperti disebut di atas bahwa pada abad ke-2 Sumatra
bagian utara sudah dikenal sentra produksi kamper, maka diduga kuat (pelabuhan)
Barus di pantai barat Sumatra adalah menjadi
awal peradaban baru di Indonesia. Dengan kata lain peradaban bari Indonesia
(baca: Hindia Timur) bermula di pantai barat Sumatra, tepatnya di (pelabuhan)
Barus. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe,
semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan
sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang
bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk
menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini
adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena
sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pelabuhan Barus dan Siar Islam: Sumatra Bagian Utara
Sentra Produksi Kamper
Presiden RI Joko Widodo
melakukan peresmian Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara di Barus 25 Maret
2017. Itu maksudnya apa? Bahwa peradaban Islam sudah ada sejak awal di Barus
yang dapat dilihat pada makam-makan kuno. Pada makan ini ada yang bertarih 661
M atau 48 Hijriyah. Kota Baru dalam hal ini dapat dikatakan sebagai titik nol (origin)
peradaban Islam di Nusantara (baca: Hindia Timur).
Seperti
telah disebut di atas, keberadaan Indonesia (baca: Hindia Timur) paling tidak
sudah disebut Ptolomeus pada abad ke-2 tentang tiga tempat yakni Sumatra bagian
utara sebagai sentra produksi kamper, Katigara (kini Kamboja) dan pulau
Taprobana (pulau Kalimantan). Nama-nama ini mengindikasikan nama India. Berdasarkan
catatan Tiongkok dinasti Shu pada abad ke-2 Kerajaan (dari) Yeh-tiao telah
mengirim duta besar ke Tiongkok karena telah membuka pos perdagangan di Annam
(Yeh-shin). Kerajaan Yeh-tiao ini beberapa ahli sejarah tempo doeloe menyebut
sebagai Sumatra. Kerajaan Yeh-tiao ini diduga sebagai Kerajaan Aru di pertemuan
sungai Batang Pane dan sungai Barumun di pantai timur Sumatra. Dua informasi
terawal ini dari Eropa (Ptolomeus) dan Tiongkok (dinasti Shu) bersesuaian.
Informasi ini semakin diperkuat dengan temuan prasasti Vo Cahn (sekitar Annam)
yang berasal dari abad ke-3. Prasasti ini diduga kuat terhubung dengan Kerajaan
Aru. Masih berdasarkan literatur Eropa yang berasal dari abad ke-5 menyebut
bahwa kamper diekspor melalui pelabuhan yang disebut Barus. Pelabuhan ini
diduga menjadi (salah satu) pelabuhan Kerajaan Aru. Pada era inilah diketahui
keberadaan kerajaan yang diduga kuat Kerajaan Taruma (di Jawa bagian barat)
dengan bukti candi Batujaya dan prasasti Muara Kaman
Oleh karena Barus sudah
dikenal lama (sebagai bagian dari Kerajaan Ar), pedagang-pedagang Islam di
Barus diduga sudah eksis jauh sebelum tanggal makam yang ditemukan bertarih 661
M. Sebab sejak awal abad ke-7, para pedagang asing sudah membentuk koloni di
Canton dan juga di Ch’üan-chow serta Yang-chow. Sejumlah pedagang Arab sudah
masuk di Canton yang menjadi awal siar agama Islam di Tiongkok. Antara tahun
618 dan 626 M empat pengikut Muhammad yang membawa Islam di Tiongkok. Satu
mengajar di Canton, satu di Yang-chow dan dua lainnya di Ch’üan-chow. Oleh
karena pedagang-pedagang Arab tersebut ke Canton melalui bavigasi pelayaran
perdagangan, maka sudah barang tentu mereka berawal di pantai barat Sumatra di
Barus.
Dapat
ditambahkan disini, bahwa Dinasti
Tang dari marga Li kelompok etnik Han memerintah sejak tahun 618 M dengan
kaisar pertama Li Yuan dengan gelar Kaisar Tang Gaozu. Kaisar pertama ini
bertahta hingga tahun 626 M. Li Yuan
awalnya adalah seorang gubernur yang mengepalai wilayah yang sekarang menjadi provinsi
Shanxi. Ketika Dinasti Sui dilanda huru-hara yang berujung pada terpecahnya
Tiongkok muncullah nama Li Yuan. Raja ini
termasuk raja yang demokratis. Karena itulah, seperti disebut
di atas antara tahun 618 dan 626 sudah ada empat pengikut Muhammad yang diizinkan membawa Islam di Tiongkok.
Dalam teks
P’an-yü-hsien-chih bab 53 disebutkan bahwa:
‘Ketika perdagangan laut dibuka pada Dinasti T’ang, Muhammad, raja
Muslim Medina mengunjungi koloni Muslim di Canton’. Orang-orang Muhammad
membentuk pemukiman besar di pelabuhan-pelabuhan Tiongkok, orang Tiongkok
menyetujui orang asing yang tinggal dalam kelompok di wilayah mereka, semacam
pemerintahan sendiri, Orang asing diizinkan untuk menggunakan hukum mereka
sendiri dan mengamati kebiasaan dan kebiasaan mereka sendiri begitu lama karena
mereka bisa hidup tertib dan damai dengan orang Tiongkok. Pihak berwenang
Tiongkok tidak akan mempertimbangkan untuk ikut campur dalam hal-hal yang
menyangkut orang asing, kecuali bila hal itu perlu. Berdasarkan catatan dinasti
Tang ini diketahui bahwa Annam adalah kerajaan tersendiri tetapi menjadi
protektorat sejak 679 M (hingga 968 M)). Kerajaan ini menjadi protektorat
Tiongkok karena ingin meminta perlindungan dari ancaman bajak laut di Laut
China Selatan. Dimana pelabuhan (yang diduga menjadi pusat kerajaan) yang
dimaksud dalam kronik dinasti Tang ini tidak diketahui secara pasti.
Dalam
catatan sejarah dinasti Liang yang dicatat dalam Liang Shu (502-557 M) sudah
terdapat adanya navigasi pelayaran perdagangan dari India ke Tiongkok.
Sementara itu, Cosmas mengatakan dalam abad keenam produk dari Tzinista (Cina)
dibawa ke Ceylon, pusat komersial besar selama berabad-abad, Kota dagang
lainnya pada masa ini adalah Tamlook (kota antara Ceylon dan Sumatra). Kota
Tamlook ini disebut kerap dikunjungi para peziarah China pada abad ke-7.
Fa-hsien adalah orang Tiongkok pertama yang meninggalkan catatan perjalanan
dari India ke Tiongkok. Fa-hsien menyebut bahwa banyak gangguan laut di kawasan
Laut China Selatan. Sumber lainnya dari Tiongkok menyatakan bahwa telah
dilakukan suatu ekspedisi hukuman kepada Annam dan telah berhasil ditaklukkan
kerajaan tersebut. Oleh karena itu, kawasan Laut China Selatan menjadi aman
bagi pedagang-pedagang Tiongkok ke India setidaknya untuk beberapa waktu. Boleh
jadi inilah ekspansi pertama Tiongkok ke selatan (Luat China Selatan). Dengan
amannya situasi Laut China Selatan memungkinkan pedagang-pedagang Tiongkok
terhubung ke India yang mana dicatat oleh Fa-hsien pada abad ke-7. Sebagaimana
diketahui bahwa Fa-hsien ini lebih dahulu dari I Tsing (yang baru memulai
perjalanan ke India tahun 671 M).
Pada fase ini terjadi
hubungan Kerajaan Aru dengan pelabuhannya Binanga dengan (kerajaan) Sriwijaya
(lihat prasasti Kedukan Bukit 682 M). Disebutkan (raja Kerajaan Aru) Dapunta Hyang Nayik mengukuhkan Sriwijaya
sebagai kerajaan dengan raja yang bergelar Dapunta Hyang yakni
Srinagajaya (lihat prasasti Talang Tuo 684 M). Seperti banyak disebut
penulis-penulis Indonesia masa ini, sebelum I’tsing ke India, singgah di kota Melayu (671 M) dan
sepulang dari India 685 M I’tsing
menyebut nama Sriwijaya.
Dalam hal ini
Kerajaan Sriwijaya yang terbentuk pada tahun 882 M adalah salah satu vassal
dari Kerajaan Aru. Pengaruh Kerajaan Aru di Annam (Vietnam) semakin berkurang
karena ekspansi Tiongkok pada dinasti Sui. Meski demikian, Kerajaan Aru masih
memiliki vassal di Thailand selatan (lihat prasasti Ligor, sisia A tanpa tahun
dan sisi B bertaruh 775 M). Kerajaan Sriwijaya setelah invasi ke Jawa (lihat
prasasti Kota Kapur 686 M) telah banyak berkonsentrasi di Jawa dengan
terbentuknya kerajaan dari keluarga (dinasti Seilendra).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Peradaban Baru Berkembang Luas di Indonesia: Hindoe
Boedha dan Islam
Tunggu deskripsi lengkapnyya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.