*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Riau di blog ini Klik Disini
Sejarah
Riau sejatinya, dari sudut pandang masa lalu, memiliki sejarah yang sudah kuno.
Namun dari sudut pandang masa kini, sejumlah pihak memandang Riau seakan baru meiliki
sejarah. Dunia sejarah seringkali terbalik sehingga terkesan ada kekacauan
sejarah. Hal ini boleh jadi karena sejarah Riau sempat mengalami distorsi, yang
mana sejarah lama tidak bersifat kontinu dengan sejarah masa kini. Sejarah
kesultanan di (kepulauan) Riau secara defacto telah berakhir pada era kolonial
Belanda sejak 1857.

ditemukan di tempat lain, bahkan juga di (pulau) Jawa. Suksesi (promosi vs
degradasi) ini pada era kolonial Belanda sangat intens. Suksesi-suksesi ini
juga sejatinya sudah muncul pada era VOC bahkan pada era Portugis.
Suksesi-suksesi ini selain di (kepulauan) Riau, juga terjadi di pantai barat
dan pantai timur Sumatra (termasuk di pedalaman Tapanoeli). Sebagai contoh, sejarah
Bengkalis, nyaris terlupakan sebagai pendahulu (predecesson) Deli, khusunya
Kota Medan. Dalam narasi sejarah masa kini, kita tidak temukan sejarah
Bengkalis di dalam narasi sejarah Kota Medan atau sebaliknya tidak ditemukan
sejarah Kota Medan di dalam narasi sejarah Bengkalis. Oleh karena itu yang
muncul adalah reduksi narasi sejarah—akibatnya dari analisis sejarah akan terbentuk
pemahaan yang keliru (kekacauan sejarah).
Dalam
perspektif sejarah masa kini, dua gubernur Riau yang pertama berasal dari
Tapanoeli. Tentu saja, meski sama-sama memiliki marga yang sama, diantara
keduanya tidak meiliki relasi keluarga. Namun mengapa dua tokoh ini yang muncul
sebagai Gubernur Riau di masa awal provinsi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
SM Amin Nasution di Tanjungpinang
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Kaharuddin Nasution di
Pekanbaru
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.