Sejarah

Sejarah Riau (25): Sejarah Kota Pekanbaru Sebenarnya; Seperti Dibilang Ahli Sejarah Tempo Doeloe, Semuanya Ada Permulaan




false
IN


























































































































































 

*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Riau di blog ini Klik Disini
 

Disebutkan
hari jadi Kota Pekanbaru pada tanggal 23 Juni 1784. Apakah itu sudah tua atau
masih muda, sebab Kota Malaka ditaklukkan Portugis pada tahun 1511. Kota
Pekanbaru sendiri berada di sisi sungai Siak jauh di pedalaman (pulau) Sumatra.
Posisi GPS Kota Pekanbaru mirip dengan kota Jambi dan kota Palembang, sama-sama
di sisi sungai nan jauh di pedalaman. Itu satu hal. Hal yang terpenting adalah
sejak kapan sesungguhnya terbentuk Kota Pekanbaru yang sekarang? Apakah bermula
sejak 1784?

Setiap kota di Indonesia menentukan sendiri
kapan hari jadinya (Hari Ulang Tahun). Kota Pekanbaru sudah ditetapkan surat
kenal lahirnya tanggal 23 Juni tahun 1784. Oleh karena itu sesuai akta lahirnya
tidak diketahui secara pasti. Kota (Provinsi DKI) Jakarta menetapkan hari
lahirnya tanggal 22 Juni 1527. Kota Bogor pada tanggal 3 Juni 1482. Entah
bagaimana semuanya secara metodologis dan secara historis ditetapkan. Apakah
ada buktinya. Sangat membingungkan, bukan? Makin tua makin membingungkan. Lantas
apakah masih ada yang yang lebih tua? Kota Banda Aceh pada tanggal 22 April
1205. Okelah. Lalu apakah ada yang lebih tua lagi? Kota Barus di Tapanuli lahir
sebelum bahasa Melayu ada, Nah, lho!

Jika
Kota Pekanbaru disebutkan lahir tahun 1784, itu berarti belum tua jika
dibandingkan klaim kota-kota lainnya. Namun yang menjadi persoalannya adalah
bagaimana cara mentetapkannya? Apakah hari jadi itu penting-penting amat? Dari
perspektif sejarah hari jadi menjadi penting karena setiap kota telah
menabalkannya dalam narasi sejarah kota. Lantas sejak kapan kota Pekanbaru
lahir dan bagaimana membuktikannya? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan.
Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Pekanbaru

Orang
Eropa pertama ke pedalaman pantai timur Sumatra di wilayah Riau yang sekarang
adalah Thomas Dias. Itu terjadi pada tahun 1683 yang dapat dibaca dalam laporan
Thomas Dias, surat dari Radja Pagaroejoeng serta kontrak antara Thomas Dias dan
Radja Pagaroejoeng yang dicatat di Batavia (lihat Daghregister 25 Desember
1684). Dalam kunjungan Thomas Dias ke Pagaroejoeng sebagai perwakilan VOC
(Belanda) disepakati bahwa VOC diizinkan membuka pos perdagangan di daerah
aliran sungai Siak.

Dalam laporan Thomas Dias disebutkan bahwa Gubernur
Malaka menganggap sangat penting ekspedisi ke Pageeroejoeng, sebaliknya
Pagerroejoeng dengan cepat merespon niat Gubernur Malaka untuk bekerjasama di
Sumatra’s Oostkust. Dalam hubungan ini, VOC/Belanda di Malaka mendapat izin
perdagangan di Siak. Lantas mengapa harus ke Pagaroejong? Thomas Dias mencatat
bahwa Kerajaan Johor mengklaim Siak sebagai kuasaannya tetapi ketika
dikonfirmasi di Pagerroejoeng, Radja Pagaroejoeng menolak klaim tersebut. Dengan
adanya kontrak yang dibuat Thomas Dias dan Radja Pagaaroejong, VOC/Belanda mengabaikan
klaim Johor tersebut. Thomas Dias sebagai perwakilan VOC dari Malaka (benteng
Belanda) mulai melakukan aktivitas perdagangan di Siak dengan bersekutu dengan
Pagerroejoeng. Kujungan Thomas Dias ini ke Pagaroejoeng memiliki arti yang
lain. Inggris telah mengirim seorang utusan ke Atjeh dan mendapat persetujuan
untuk mendirikan maskapai di Pariaman tahun 1684 untuk perdagangan lada (lihat
Oprechte Haerlemsche courant, 11-04-1686). 

Apa
yang mendasari klaim Johor ini terhadap pantai timur Sumatra tidak begitu
jelas. Hal itulah diduga mengapa Gubernur Malaka memastikan dengan mengirim
utusan ke Pagaroejoeng melalui sungai Kampar dan sungai Siak. Thomas Dias telah
mengkonfirmasi, yang kemudian ditindaklanjuti ke dalam kontrak. Seperti biasa,
(pemerintah) VOC biasanya membuat kontrak atas dasar persetujuan pemimpin lokal
(sebagai dasar legitimasi). Dasar legitimasi ini penting karena akan membuat
situasi dan kondusif di wilayah perdagangan (ketika bertransaksi dengan
penduduk).

Pada tahun 1843 VOC yang berpusat di Batavia
(Kasteel Batavia) berperang dengan Portugis di Malaka. Ini bermula dari
perselisihan pedagang Portugis dan pedagang VOC di Kamboja pada tahun 1841 dimana
kepala pedagang VOC terbunuh. Portugis yang berpusat di Malaka, melakukan perlawanan
terhadap Portugis dan perang tersebut berhasil mengusir Portugis dari Malaka.
Tiga tahun kemudian terjadi perang antara Portugis dan VOC di Kamboja.
Lagi-lagi Portugis terusir dari Kamboja dan Portugis hanya menyisakan pos
perdagangan di Ternate dan Macao. Situasi dan kondisi baru tersebut
dimanfaatkan oleh (kerajaan) Johor bekerjasama dengan VOC, sebab musuh mereka
yang pernah menaklukkan Malaka pada tahun 1511 telah hengkang. Kerjasama ini
disabut VOC, karena VOC tidak memiliki hutang pada Malaka dan Johor (Johor
adalah suksesi kerajaan Malaka). Apa yang mendasari klaim Johor terhadap pantai
timur Sumatra masih belum begitu jelas. Berdasarkan catatan lama dalam laporan
Mendes Pinto (1539) yang pernah mengunjungi Kerajaan Aroe disebutkan Kerajaan
Aroe sedang bermasalah dengan Atjeh di Lingga dan Nagoer. Mendes Pinto mencatat
Kerajaan Aroe separuh dari 15.000 tentara Kerajaan Aroe (di daerah aliran
sungai Baraoemoen) adalah Batak, sebagian yang lain didatangkan dari
Minangkabau, Indragiri, Djambi, Borneo dan Luzon. Dalam laporan Mendes Pinto
juga disebutkan bahwa Kerajaan Malaka sebelum dikuasai Portugis (1511) pernah diserang
Kerajaan Aroe (dan Malaka selalu takut kepada Aroe). Ini menunjukkan bahwa
Kerajaan Aroe dan Kerajaan Pagaroejoeng bersahabat (musuh mereka adalah Atjeh).
Dari keterangan ini hanya tiga kerajaan yang eksis di Sumatra (Aroe,
Minangkabau dan Atjeh), sementara Malaka di Semenanjung Malaya. Sebelum VOC
menaklukkan Malaka (1643) jelas bahwa Johor berada di bawah bayang-bayang
Portugis di Malaka, Setelah Belanda hadir di Malaka (1643) secara defacto Johor
baru berada dalam posisi terlindungi. Tentu saja antara tahun 1643 hingga 1684
VOC mengetahui ruang gerak (kerajaan) Johor. Adanya klaim tersebut terhadap
pantai timur Sumatra membuat Gubernur Malaka ingin memastikannya ke
Pagaroejoeng dengan mengutus Thomas Dias. Secara teoritis dalam hubungan VOC
akan membuka pos perdagangan di pantai timur Sumatra, jika VOC merasa klaim Johor
valid, tentu saja VOC tidak perlu repot mengutus Mendes Pinto ke Pagaroejong
dengan biaya mahal, bahkan akan lebih murah jika kontrak dibuat di Malaka atau
di Johor.

Pada
tahun 1686 dibuat kontrak di Malaka antara VOC dan Kerajaan Pagaroejoeng
tentang pasokan timah dengan para pemimpin penduduk di Ajer Tiris, Bangkenang,
Salo dan Kuwon. Dalam catatan Kasteel Batavia (Daghregister) pembuatan kontrak
tersebut dari pihak VOC diwakili Jacob van Naerssen dengan empat pemimpin
penduduk di Patapahan, Aijer Tiris, Bangkinang, Sala dan Kuwon. Empat wilayah
ini sudah pernah dikunjungi oleh Thomas Dias pada tahun 1684 maupun sebelumnya.

Setelah kunjungan Thomas Dias ke Pagerroejoeng
dan sebelum kontrak timah dibuat pada tahun 1686, pada tahun 1685 terjadi
pertempuran berdarah antara Inggris dan Belanda di Sumatra’s Westkust, lalu
Inggris pindah dari Padang ke Bengkoelen tahun 1686. Bagi Pagerroejoeng
tampaknya ada dua keuntungan dengan kerjasama dengan VOC/Belanda ini, pertama
VOC/Belanda telah berhasil mengusir pengaruh Kerajaan Atjeh di Sumatra’s
Weskust (tahun 1665) dan kedua VOC/Belanda telah mengembalikan hak
Pagerroejoeng terhadap klaim Johor di Siak. Dengan demikian, VOC/Belanda
melakukan aktivitas di pantai-pantai dan Pagerroejoeng melakukan aktivitas
dengan tenang di pedalaman (pengaruh Atjeh dan Johor telah tereliminasi). Pangkal
perkara Inggris – VOC ini diduga karena ada kesepakatan Inggris dan Atjeh
tentang pendirian pos perdagangan di Pariaman.

Dalam
laporan Thomas Dias ini tidak ada indikasi nama tempat Pekanbaru. Nama-nama
lain selain nama-nama yang disebut di atas adalah Lipat Kain dan Sidomo (daerah
aliran sungai Kampar). Rute perjalanan Thomas Dias ke Pagaroejoeng dari muara
sungai Kampar dan kemudian bergeser ke sungai Siak (yang juga menjadi jalur
pulang melalui Siak ke Malaka). Besar dugaan nama Pekanbaru (hingga) pada saat kunjungan
Thomas Dias tahun 1683 nama Pekanbaru belum ada.

Thomas Dias adalah pegawai VOC di Malaka.
Seorang keturunan Portugis bekulit coklat yang sudah malang melintang di pantai
timur Sumatra seperti Indragiri dan Patapahan. Boleh jadi dengan pengalaman Thomas
Dias di pantai timur Sumatra (Kampar dan Siak) menjadi alasan bagi Gubernur
Malaka mengirim Thomas Dias ke Pagaroejoeng (dalam hubungannya dengan klaim
Johor).

Tunggu
deskripsi lengkapnya

Pertumbuhan dan Perkembangan
Kota Pekanbaru

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top