Sejarah

Sejarah Singapura (31): Burma Myanmar di Sungai Irawadi, Ibu Kota Ranggon Yangon; Batas Thailand Malaysia di Tanah Genting




false
IN


























































































































































 

*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Singapura dalam blog ini Klik Disini
 

Nama
Burma terkait dengan Inggris, seperti halnya nama Hindia Belanda terkait dengan
Belanda. Burma beribukota di Ranggoon (Yangon) dan Hindia Belanda beribukota di
Batavia. Seperti halnya Hindia Belanda berganti menjadi Indonesia dengan ibu
kota Jakarta, Kiini Burma telah berganti nama menjadi Myanmar. Ibu kota juga
telah direlokasi dari Yangon ke Naypyidaw.

Pada masa ini negara Burma atau Myanmar berbatasan
langsung dengan negara Thailand dan negara Malaysia. Negara Myanmar terbilang negara
yang cukup luas, melebihi luas negara Thailand dan Malaysia. Begitu luas,
negara Myanmar hingga ke Tanah Genting Kra. Wilayah Tanah Genting Kra adalah daratan
sempit yang menghubungkan Semenanjung Melaya dengan daratan Asia. Bagian barat
Tanah Genting Kra ini masuk Myanmar dan bagian timur masuk Thailand. Di barat
tanah genting ini adalah Laut Andaman dan di timur adalah Teluk Thailand. Bagian
paling sempit Tanah Genting Kra lebar 44 Km (antara estuary sungai Kra dan
teluk Sawi dekat kota Chumpon) dan ketinggian maksimum  75 M di atas permukaan laut. Tanah Genting ini
dinamakan Kta merujuk pada nama kota Kra Buri (provinsi Ranong, Thailand).

Sejarah
panjang Myanmar, bagian terpentingnya adalah sejak kehadiran Inggris (1826) hingga
pendudukan (militer) Jepang (1842-1945). Lantas apakah perubahan nama Burma menjadi
Myanmar dan Ranggon menjadi Yangon terkait dengan dendam kepada Inggris
? Yang jelas Burma (Myanar) tidak pernah menjadi
bagian dari Negara Persemakmuran Inggris. Mengapa
? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan.
Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
internasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya
sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi,
sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti
surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.

Nama Burma

Tunggu
deskripsi lengkapnya

Burma Menjadi Myanmar

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir
Matua Harahap
, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com

 


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top