*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Kerajaan
Loloda adalah salah satu kerajaan yang berdiri di wilayah Maluku Utara pada
abad ke-13. Kerajaan ini terletak di bagian utara dan barat pulau Halmahera.
Kerajaan Loloda merupakan kerajaan tertua di Maluku Utara yang wilayahnya
meliputi pesisir pantai barat laut hingga pantai barat daya Pulau Halmahera.
Pada Abad ke-19 hingga awal abad ke-20 Loloda berstatus distrik dengan
kepemimpinan Sangaji.
Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Loloda
adalah bahasa Halmahera Utara. Kawasan Loloda merupakan bagian dari Kabupaten
Halmahera Barat. Garis pantai di sini sangat terjal, terkadang terdapat
tebing-tebing vertikal yang menjulang dari laut. Penduduk daratan yang sebagian
besar beragama Kristen sebagian besar tinggal di desa-desa terpencil yang
terletak di teluk yang indah. Kedi, ibu kota daerah Loloda bagian selatan yang
termasuk Kabupaten Halmahera Barat, berada di selatan, dekat perbatasan dengan
Ibu. Loloda Utara juga mencakup gugusan pulau-pulau besar di lepas pantai
utaranya. Penduduk pulau-pulau yang sangat cantik ini, yang terbesar adalah Doi
dan Dagasuli, sebagian besar beragama Islam. Desa-desa di sepanjang bagian
paling utara pantai ini secara etnis adalah suku Galela, dan secara umum budaya
dan bahasa Loloda cukup mirip dengan budaya dan bahasa tetangga Galela. Ada
seorang Sultan setempat yang dianggap tidak terlalu berkuasa. Loloda dan
sekitar distrik ini menggunakan perahu. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Loda bahasa
Loloda di Halmahera? Seperti disebut di atas bahasa Loloda yang dulu disebut
Loda (saja) dituturkan kelompok populasdi di pulau Halmahera. Bahasa Galela sejak
era Kerajaan Gilolo di pantai del Moro. Lalu bagaimana sejarah bahasa Loda bahasa
Loloda di Halmahera? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada
permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Bahasa Loda Bahasa Loloda di Halmahera; Bahasa Galela Sejak Era Kerajaan Gilolo di Pantai del Moro
Tunggu deskripsi lengkapnya
Bahasa Galela Sejak Era Kerajaan Gilolo di Pantai del
Moro: Bahasa Loda dan Bahasa Tobelo
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.