Sejarah

Sejarah Bahasa (212): Bahasa Lorang/Loran di Pantai Barat Pulau Maekor di Kepulauan Aru; Bahasa Barakai dan Bahasa Dobel


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa
Lorang adalah sebuah bahasa yang dituturkan di Kepulauan Aru. Bahasa ini
termasuk ke dalam rumpun bahasa Sulawesi Selatan.
Lorang atau Loran adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Aru
Tengah, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Desa Lorang terletak di
pesisir Pulau Maekor. Desa Lorang hanya dapat ditempuh melalui jalur laut.


Lorang Languages,
Barakai Languages, and Dobel Languages in Aru Islands in Lexicostatistic Study.
            May 2022. Taha Fida, Dendi
Febriningsih, Erniati, dkk. Abstrak. Penelitian ini bertujuan mengetahui
hubungan kekerabatan bahasa Lorang, bahasa
Barakai,
dan bahasa Dobel
yang
ada di Kabupaten Kepualauan Aru, Provinsi Maluku melalui kajian leksikostatistik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
leksikostatistik. Tujuan penelitian ini adalah hubungan kekerabatan bahasa
Lorang, bahasa Barakai, dan bahasa Dobel. Pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan metode observasi langsung, simak, dan perekaman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketiga bahasa tersebut masih berkerabat sebagai keluarga
bahasa. Persentase kekognatan/kekerabatan antara bahasa Lorang dengan bahasa
Barakai sebesar 52%, bahasa Lorang dengan bahasa Dobel sebesar 46%, dan bahasa
Barakai dengan bahasa Dobel sebesar 68%.
(https://www.researchgate.net/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Lorang bahasa
Loran di pantai barat pulau Maekor kepulauan Aru? Seperti disebut di atas
bahasa Lorang dituturkan di pulau Maekor pantai barat kepulauan Aru. Bahasa
Barakai dan bahasa Dobel. Lalu bagaimana sejarah bahasa Lorang bahasa Loran di pantai
barat pulau Maekor kepulauan Aru? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe,
semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan
sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Lorang Bahasa Loran di Pantai Barat Pulau
Maekor Kepulauan Aru; Bahasa Barakai dan Bahasa Dobel

Nama Lorang terdapat di banyak wilayah. Ada di
pantai barat Sumatra (pulau Lorang) dan ada di pantai barat Borneo. Nama Lora
atau Lorang tidak terinformasikan jauh di masa lampau. Seperti kita lihat
nanti, nama yang sudah lama dikenal adalah kampong Maekor.


Nama Lorang juga disebut Loran di kepulauan Aroe. Loran ini berada di
pulau Maekor. Pemerintah Hindia Belanda menempatkan pejabatnya di ke pulauan
Aroe pada tahun 1859 yang berkedudukan di Dobo. Sebelum nama Loran terinformasikan,
nama yang sudah dikenal adalah nama Maekor, suatu kampong yang namanya juga
diberikan untuk nama pulau.

Wilayah barat kepulauan Aru adalah wilayah yang
pertama berkembang di kepulauan Aru. Letaknya yang dekat ke jalur navigasi
pelayaran diduga menjadi awal wilayah ini dikenal oleh para pedagang (Cina dan
Makassar). Di kepulauan Kei di Doellah sudah ada pedagan-pedagangan Arab. Hal
itulah mengapa pemerintah Hindia Belanda memilih Kawasan barat ini sebagai pusat
pemerintaham.


Kampong Maekor termasuk salah satu di kepulauan Aroe dimana pemerintah
mendirikan sekolah. Dilaporkan di Maekor jumlah siswa sebanyak 32 anak yang
mana sebanyak 19 siswa yang rata-rata menghadirinya setiap hari. Sekolah ini memiliki
satu guru (lihat Mededeelingen van wege het Nederlandsche Zendelinggenootschap,
1882). Siapa yang menjadi guru pertama tidak diketahui secara pasti. Yang jelas
kemudian menjadi guru di Maekor adalah Paulus Jacob Kuhuwael. Sebagaimana
diketahui di Ambon sudah ada sekolah guru pribumi (kweekschool).

Kampong Maekor diduga kuat awalnya sebagai pusat
perdagangan di pulau dan sekitar pulau. Kampong ini juga bukan kampong orang
asli tetapi kampong para pendatang yang berasimilasi dengan penduduk asli.
Lantas apakah nama Lorang adalah nama asli atau nama baru?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bahasa Barakai dan Bahasa Dobel: Geomorfologis Pulau
Maekor

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan
aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel
sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or
perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top