*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa Barakai adalah sebuah bahasa
Austronesia di Maluku. Bahasa ini dituturkan di kawasan pulau Barakai, Longgar,
Apara, Bemun, dan Mesiang; tenggara Kepulauan Aru; Pulau Gomo-Gomo di timur
laut Barakai. Bahasa ini memiliki empat dialek, yaitu: Gomo-gomo, Lorang, Mariri
dan Koba.
Lorang Languages, Barakai Languages, and
Dobel Languages in Aru Islands in Lexicostatistic Study. Mei 2022. Taha Fida, Dendi
Febriningsih, Erniati, dkk. Abstrak. Penelitian ini bertujuan mengetahui
hubungan kekerabatan bahasa Lorang, bahasa Barakai, dan bahasa Dobel yang ada
di Kabupaten Kepualauan Aru, Provinsi Maluku melalui kajian leksikostatistik. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode leksikostatistik. Tujuan
penelitian ini adalah hubungan kekerabatan bahasa Lorang, bahasa Barakai, dan
bahasa Dobel. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi
langsung, simak, dan perekaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga
bahasa tersebut masih berkerabat sebagai keluarga bahasa. Persentase
kekognatan/kekerabatan antara bahasa Lorang dengan bahasa Barakai sebesar 52%,
bahasa Lorang dengan bahasa Dobel sebesar 46%, dan bahasa Barakai dengan bahasa
Dobel sebesar 68%. (https://www.researchgate.net/)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Barakai dan dialek
bahasa Gomo Gomo, Lorang, Mariri dan Koba? Seperti disebut di atas bahasa
Barakai dituturkan di wilayah tenggara kepulauan Aru. Geomorfologis pulau
Longgar, pualau Apara, pulau Bemun dan pulau Mesiang. Lalu bagaimana sejarah bahasa
Barakai dan dialek bahasa Gomo Gomo, Lorang, Mariri dan Koba? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan
imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Bahasa Barakai dan Dialek Bahasa Gomo Gomo, Lorang,
Mariri dan Koba; Pulau Longgar, Apara, Bemun, Mesiang
Bahasa Barakai di pulau Workai. Nama Workai sudah lama
dikenal sebagai nama kampong, salah satu tempat perdagangan yang penting di
tenggara kepulauan Aru. Untuk mencapai ke Workai berpusat di Dobo di pulau Wamar
di sebelah barat kepulauan Aru. Workai berdekatan dengan Meriri dan Jamboeaai (Jambuair).
Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels-, nieuws- en
advertentieblad, 17-02-1851: ‘Pejabat yang diutus dari Amboina ke pulau-pulau
tenggara dan barat daya pada awal tahun 1850, untuk meninjau keadaan disana dan
menyelesaikan perselisihan yang belum terselesaikan, di paruh kedua tahun 1849 di
kepulauan Aroe, dan terutama di kota perdagangan Dobo dan pulau Woedjier,
Wokam, Watteli, Meriri, Jambocaai dan Workai’.
Seperti halnya Tual di kepulauan Kei, kota Dabo di
pulau Wamar merupakan kota perdagangan utama di kepulauan Aru dimana secara
berkala kehadiran pedagang-pedagang Cina dan Makassar. Sejak kapan Dabo ini
menjadi pusat perdagangan di kepulauan Aru tidak diketahui secara pasti. Para
pedagang-pedagang local dari berbagai pula uke Dabo, termasuk dari pulau-pulau
di tenggara seperti Meriri, Jambocaai dan Workai, Dobo juga dijadikan sebagai
kedudukan pejabat Pemerintah Hindia Belanda.
Tijdschrift voor Neerland’s Indie, 1881: ‘Suku Tagal berlabuh di sini,
antara lain, di lepas pantai Krei (atau Karrai) di pulau Trangan, di lepas
pantai Gommo Gommo di Workai, di lepas pantai Wattelei (atau Batoelai) di pulau
dengan nama itu, di lepas pulau Bambu, Lolla, Merini, dll. Desa-desa semuanya dihuni
oleh orang-orang asli, sementara dua di antaranya diperintah oleh orang-orang
Mohammedan. Pada tahun 1878, pedagang Makassar pertama kali masuk Islam di kepulauan
Aroe. Meskipun penduduknya berbicara dalam bahasa mereka sendiri, banyak yang
sudah memahami bahasa Melayu melalui kontak terus-menerus dengan pedagang Cina
dan Makassar, serta dengan penduduk asli yang berdomosili di pantai. Usaha
utama mereka adalah menyelam untuk mencari cangkang mutiara, yang dilakukan
secara rutin dua kali setahun dan dilakukan oleh orang-orang asli tertentu’.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pulau Longgar, Apara, Bemun, Mesiang: Geomorfologis Pulau
Barakai dan Pulau Gomo Gomo
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel
sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or
perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.