*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Kesui
juga Kasiui adalah pulau terbesar di kepulauan Watubela (lainnya pulau Teor dan
Watubela). Di pulau Kesui desa Utta (Utah, Uta, Oeta) di timur utara, Tamher
Timur (Temeer) di selatan, Tamher Barat di barat daya, Kelangan (Kalangan) di tenggara
dan Amar Laut (Amarlaut). Pulau Kasiui termasuk kecamatan Wakte kabupaten Seram
Timur. Terdapat terumbu karang dan padang lamun di sekitar pulau ciri
keanekaragaman hayati tinggi.
Sebanyak
62 bahasa asli di Maluku terancam punah. Hal tersebut diungkapkan Harlin
Turiah, dari Kantor Bahasa Provinsi Maluku. Hanya ada satu penutur bahasa
tersebut usia 80 tahun. Jika penutur asli tak segera ditransfer maka akan
benar-benar punah seperti bahasa Lowon (bahasa dari desa Latea, kecamatan Seram
Utara Barat, kabupaten Maluku Tengah). Ada 62 bahasa asli daerah Maluku yang
terdata di Peta Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, diantaranya
bahasa Alune, Ambalau, Asilulu, Balkewan, Banda, Barakay, Batulei, Bobar,
Boing, Buru, Damar Timur dan Dawelor. Setahun yang lalu, Kantor Bahasa Provinsi
Maluku telah mengusulkan bahasa Koa dengan penutur asli suku Ane di Kabupaten
Maluku Tengah, bahasa Emar dari pulau Kesui dan bahasa Taul dari desa Atiahu, kecamatan
Siwalat, kabupaten Seram Bagian Timur untuk menambah 62 bahasa daerah yang
terdata. Kembali mengusulkan dua bahasa daerah lainnya yakni bahasa Teor dan
Bati dari kabupaten Seram Bagian Timur agar masuk dalam Peta Bahasa. (https://regional.kompas.com/)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Emar bahasa
Kesui di pulau Kesui kepulauan Watubela? Seperti disebut di atas bahas Emar dituturkan
di pulau Kesui. Apakah bahasa Emar dikhawatirkan punah? Lalu bagaimana sejarah
bahasa Emar bahasa Kesui di pulau Kesui kepulauan Watubela? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Bahasa Emar Bahasa Kesui di Pulau Kesui Kepulauan
Watubela; Apakah Bahasa Emar Khawatir Punah?
Tentang bahasa Emar perlu diketahui tentang pulau Kesui
di kepulauan Watubela. Tentang pulau Kesui, nama Kesui sudah dikenal sejak
lama. Posisinya tepat berada di jalur navigasi pelayaran perdagangan antara
pulau Seram dan pulau Kei/pulau Aru.
Nama Kesui tempo doeloe dicatat sebagai Kasoewie (dieja Kasuwi) sebagai
suatu pulau. Pulau lainnya yang dicatat adalah pulau Matabella yang juga disebut
pulau Watoebela dan pulau Towa atau Tehor yang kemudian juga disebut pulau Teor
(lihat Natuurkundig tijdschrift voor Nederlandsch-Indiee, 1868). Pulau Watoebela
adalah pulau kecil diantara pulau Watoebela dan pulau Teor. Lalu yang menjadi
pertanyaan kemudian wilayah sekitar disebut kepulauan Watubela.
Penamaan geografis dari masa ke masa sering menjadi
masalah. Pada masa lalu perbedaan nama ini disebabkan perbedaan cara mengeja penduduk
asli dengan cara mengeja orang asing terutama orang Portugis dan orang Belanda.
Koreksi itu disadari oleh angkatan laut yang dalam hal ini cukup berperan Baron
van Mervill.
Nama Seram oleh penduduk asli dieja orang Eropa/Belanda dengan nama
Ceram. Dalam hal ini Matabella dieja orang Eropa dari sebutan penduduk asli Watoebela.
Demikian juga dengan nama Towa atau Tehor yang oleh penduduk asli sendiri
menyebutnya pulau Teor. Untuk nama Kasoewie tidak ada perbedaan antara penduduk
asli dengan orang Eropa/Belanda. Lantas mengapa kini nama Kasoewie menjadi Kesui
atau Kasiui? Lalu bagaimana kemudian nama bahasa Emar?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Apakah Bahasa Emar Khawatir Punah? Jalur Navigasi
Tempo Doeloe Seram Kei dan Aru
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.