*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa Saleman
dituturkan oleh masyarakat di desa Sawai, kecamatan Seram Utara dan desa
Saleman, kecamatan Seram Utara Barat, kabupaten Maluku Tengah di teluk Sawai. Isolek
Saleman merupakan sebuah bahasa dengan perbedaan besar dengan bahasa-bahasa
lain di Maluku sebesar 81-100persen, misalnya dengan bahasa Piru, Loon, dan
Seram. Bahasa Saleman bahasa Sawai adalah dua bahasa berbeda karena persentase
perbedaan 99 persen.
Pantai
Ora berlokasi di ujung barat teluk Sawai di sebelah desa Saleman dan desa
Sawai, di tepi hutan Taman Nasional Manusela. Pantai Ora memiliki karakteristik
pantai yang berpasir putih dengan air yang sangat jernih dan tenang dengan
kekayaan terumbu karang, ikan dan aneka ragam biota laut lainnya. Wilayah
Pantai Ora tidak memiliki daratan yang luas, karena daratan berupa tebing atau
bukit batu yang cukup curam, walaupun bisa didaki. Alam di sekitar Pantai Ora
dibentuk oleh tebing-tebing Sawai yang menjulang. Pantai Ora bersebelahan
dengan dua desa, yaitu desa Saleman dan desa Sawai. Kedua desa tersebut juga
lazim disebut sebagai Negeri yang artinya desa adat. Secara umum penduduk asli
pulau Seram adalah suku Alifuru yang berada di pegunungan. Bahasa Sawai (juga
disebut bahasa Weda) dituturkan di seluruh kecamatan Weda dan beberapa wilayah
di area Halmahera selatan diantaranya Kec.Mafa dan desa sekitarnya Kabupaten
Halmahera Selatan, (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Saleman di
Sawai dan Saleman di teluk pulau Seram Bagian Tengah pantai utara? Seperti
disebut di atas bahasa Salemen dituturkan di desa Saleman. Bahasa Sawai dan
Huaulu. Lalu bagaimana sejarah bahasa Saleman di Sawai dan Saleman di teluk pulau
Seram Bagian Tengah pantai utara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe,
semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan
sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Bahasa Saleman di Sawai dan Saleman di Teluk Pulau
Seram Bagian Tengah Pantai Utara; Bahasa Sawai dan Huaulu
Tunggu deskripsi lengkapnya
Bahasa Sawai dan Huaulu: Bahasa Lingua Franca dan Mengapa
Tiap Desa Berbeda Bahasa?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang
tidur. Saya sendiri bukan sejarawan
(ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami
ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah
catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.