Sejarah

Sejarah Bahasa (271): Bahasa Asmat di Pulau Papua dan Kota Agats di Pantai Barat Papua; Pedagang, Penjelajah dan Misionaris


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa
Asmat adalah sebuah bahasa Papua dari rumpun bahasa Asmat-Kamoro. Bahasa ini
dituturkan oleh suku Asmat di kabupaten Asmat, Papua Selatan. Bahasa Asmat
terdiri atas dialek Pantai Casuarina, Asmat Tengah, Asmat Utara dan Yaosakor.
Kota utama dari awal adalah kampong Agats.


Agats adalah sebuah distrik yang berada di
Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan. Agats juga merupakan ibu kota dari
kabupaten Asmat. Distrik ini terletak di pesisir Selatan Papua, menghadap ke
Laut Arafura. Meskipun Agats telah dihuni oleh orang-orang Asmat selama
beberapa waktu, sebagai permukiman di tepi laut, permukiman non-pribumi pertama
kali muncul akhir 1930-an misi Katolik didirikan dan kemudian tahun 1938
Pemerintah Hindia Belanda mendirikan pos. Awalnya, tempat bernama Akat dalam
bahasa Asmat berarti “bagus” atau “baik”, meskipun kemudian
berubah menjadi Agats. Namun karena Perang Dunia Kedua, bagaimanapun, Belanda
meninggalkan pos Agats pada tahun 1942 karena kehadiran Jepang. Pada tahun
1953, misi Katolik dijadikan permanen dan pada tahun berikutnya, pemerintah
Belanda Nugini Belanda mendirikan sebuah pos permanen di Agats, yang melarang
praktik pengayauan
. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Asmat di jantung
pulau Papua dan kota Agats di pantai barat Papua? Seperti disebut du atas
bahasa Asmat dituturkan di wilayah Asmat dan kini kota utama adalah Agats. Pedagang,
penjelajah, misionaris dan pemerintah. Lalu bagaimana sejarah bahasa Asmat di jantung
pulau Papua dan kota Agats di pantai barat Papua? Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

Bahasa Asmat di Jantung Pulau Papua dan Kota Agats di
Pantai Barat Papua; Pedagang, Penjelajah, Misionaris

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pedagang, Penjelajah, Misionaris: Nama-Nama Kampong Masa
ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top