Sejarah

Sejarah Bahasa (304): Bahasa Dani Lembah Baliem Pedalaman Papua; Wamena Daerah Hulu Sungai Memberamo di Jayawijaya


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa
Dani terdiri beberapa bahasa diantaranya Bahasa Dani Hubula dituturkan oleh
seku Mukoko di kampong Wesapot distrik Wamena Kota kabupaten Jayawijaya provinsi
Papua. Di sebelah utara kampong Waseput dituturkan bahasa Yali Pass dan di sebalah
barat dituturkan bahasa Lani. Bahasa Dani berbeda dengan bahasa Yali Pass,
bahasa Lani, bahasa Dani Atas, bahasa Dani Bawah, bahasa DaniBokondini dan
bahasa Dani Tengah (Dani Baliem),


Suku
Dani atau Hubula adalah sekelompok suku yang mendiami wilayah Lembah Baliem di
Pegunungan Tengah, Papua Pegunungan. Pemukiman mereka berada di antara Bukit
Ersberg dan Grasberg di Kabupaten Jayawijaya serta sebagian Kabupaten Puncak
Jaya. Suku-suku di pegunungan pertama kali diketahui bermigrasi ke Lembah
Baliem diperkirakan sekitar ratusan tahun yang lalu. Banyak eksplorasi di
dataran tinggi pedalaman Papua yang dilakukan. Salah satu diantaranya yang
pertama adalah Expedisi Lorentz pada tahun 1909-1910 (Netherlands), yang
berhasil bertemu dengan representatif dari Horip dan Pesegem tetapi mereka
tidak sampai ke Lembah Baliem. Kemudian penyidik asal Amerika Serikat yang
bernama Richard Archold anggota timnya adalah orang dari luar negeri pertama
yang mengadakan kontak dengan penduduk asli yang belum pernah mengadakan kontak
dengan negara lain sebelumnya. Peristiwa ini terjadi secara kebetulan pada 23
Juni 1938 saat sedang melakukan penerbangan di atas Lembah Baliem
(Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah bahasa Dani di Lembah
Baliem pedalaman Papua? Seperti disebut di atas bahasa Dani terdiri beberapa
bahasa; Wamena daerah hulu sungai Memberamo di kabupaten Jayawijaya. Lalu bagaimana
sejarah bahasa Dani di Lembah Baliem pedalaman Papua? Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.

Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan
imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.

Bahasa Dani di Lembah Baliem Pedalaman Papua; Wamena
Daerah Hulu Sungai Memberamo di Kabupaten Jayawijaya 

Apakah hubungannya lembah Baliem dengan (hulu)
sungai Membramo yang bermuara ke pantai utara Papua? Sebenarnya secara
geografis tidak ada. Lembah Baliem terisolasi dari daerah aliran sungai Membramo.
Sungai yang berhulu di lereng gunung Puncak Jaya (wilayaj Lani) yang mengalir
melalui Lembah Baliem (disebut sungai Baliem) tidak bermuara ke sungai Membramo,
tetapi bermuara ke pantai barat Papua (di wilayah Asmat). Lantas apakah orang
Dani memiliki hubungan dengan orang Asmat?


Di lembah Baliem dimana sungai Baliem mengalir dari utara ke selatan
melalui kampong Wamena.
Wamena (kini menjadi ibu kota kabupaten) kabupaten
Jayawijaya. Wamena juga merupakan sebuah distrik. Wamena adalah pusat kota di
daerah pedesaan yang menampung dataran tinggi dengan konsentrasi populasi
tertinggi di Lembah Baliem dan daerah sekitarnya. Penduduk Wamena memiliki
sejumlah kelompok etnis, yang paling dominan adalah suku Dani, Lani dan Yali. Wilayah
lembah yang dilintasi sungai Baliem ini awalnya dikenal dengan nama Ahgamua.
Sedangkan nama Wamena berasal dari bahasa Dani yang terdiri dari dua kata
“Wam” yang berarti babi dan “Ena” yang berarti anak
peliharaan. Nama ini berasal dari ketidakpahaman bahasa antara orang Belanda
dan gadis lokal. Karena ketika menanyakan nama tempat ini, gadis tersebut ingin
memberitahu bahwa ada anak babi peliharaannya yang lepas.
(Wikipedia)

Tunggu deskripsi lengkapnya

Wamena Daerah Hulu Sungai Memberamo di Kabupaten
Jayawijaya: Ragam Bahasa Suku Dani

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar
rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog
hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang
tidur.
Saya sendiri bukan sejarawan
(ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami
ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah
catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top