*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Di pulau-pulau
di selatan Jawa ada penutur bahasa Melayu, terutama di kepulauan Cocos
(Keeling) dan pulau Natal, pulau-pulau yang diatur pemerintahannya oleh
Australia. Iklimnya merupakan iklim tropis. Pulau ini berada di Samudra Hindia
terletak 2.600 kilometer (1.600 mil) dari arah barat laut kota Perth, Australia
Barat, 500 km (310 mil) dari arah selatan Jakarta, Indonesia dan 975 km (606
mil) dari Kepulauan Cocos (Keeling). Pulau Natal memiliki populasi sebesar
1.402 warga dan di Kepulauan Cocos sekitar 500 warga.
Bahasa
Melayu Cocos (Bahasa Inggris: Cocos Islands Malay) atau Melayu Cocos adalah
sebuah dialek dari Bahasa Melayu yang dituturkan oleh masyarakat Melayu yang
mayoritas mendiami wilayah Kepulauan Cocos (Keeling) dan Pulau Natal yang
merupakan wilayah bagian/teritori dari negara Australia. Selain di Australia,
Bahasa ini juga dituturkan oleh diaspora masyarakat keturunan Melayu Cocos di
Sabah, Malaysia. Jumlah penutur Bahasa ini mencapai sekitar 5.100 jiwa dengan
1.100 jiwa penutur pada tahun 1987 di Australia khususnya di Kepulauan Cocos
& Pulau Natal/Pulau Christmas, sedangkan di Sabah, Malaysia jumlah penutur
Bahasa ini memiliki populasi sekitar 4.000 jiwa pada tahun 2000. Secara
linguistik, Bahasa Melayu Cocos dihasilkan dari kreol yang bersumber dari Bahasa
Melayu Baku dengan beberapa kosakata tambahan/pengaruh Bahasa Jawa dan Bahasa
Betawi, hal ini tidak terlepas dari sejarah penduduk Kepulauan Cocos (Keeling).
Bahasa ini digunakan sebagai bahasa pengantar kedua di sekolah setelah Bahasa
Inggris. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa di kepulauan
Kalapa (Cocos) dan pulau Natal di selatan Jawa? Seperti disebut di atas, populasi
di kepulauan Cocos dan pulau Natal berbahasa Melayu. Asal-usul Nusantara masuk wilayah
Australia. Lalu bagaimana sejarah bahasa di kepulauan Kalapa (Cocos) dan pulau
Natal di selatan Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada
permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Bahasa di Kepualauan Kalapa
(Cocos) dan Pulau Natal di Selatan Jawa; Asal-Usul di Nusantara Kini Masuk
Wilayah Australia
Pulau-pulau di selatan Jawa adalah pulau-pulau
nusantara. Namun tidak ada informasi bahwa pelaut nusantara sudah mengenal
pulau sebelum dikenal pelaut Belanda dalam navigasi pelayaran. Pulau-pulau di
selatan tersebut, khususnya pulau Natal pada awal era VOC dijadikan pelaut
Belanda sebagai pananda navigasi dari Afrika Selatan melalui laut Selatan
sebelum mencapai selat Sunda. Pulau-pulau di selatan Jawa tersebut kemudian
jatuh ke tangan Ingrris.
Pada tahun 1772 James Scott melakukan ekspedisi ke wilayah Selatan di
daratan Ausralia dan lautan Pasifik. Hasil ekspedisi itu dibukukan oleh Schoot
yang diterbitkan pada tahun 1775. Seiring dengan terusirnya Inggris dari
Amerika (merdeka Juli 1774), Scoot di dalam laporan ekspedisi ini
merekomendasikan untuk menjadikan Australia menjadi koloni baru Inggris.
Pemerintah Inggris meresponnya dan segera menjadikannya sebagai koloni dimuali
di teluk Sidney. Jauh sebelum Scott, di masa lampau, pada tahun 1642 pelaut
Abel Tasman melakukan eskpedisi dari pulau Madagaskar mengikuti navigasi laut
Selatan, tetapi tidak langsung berbelok ke utara ke Selatan Sunda melalui pulau
Natal, tetapi lurus hingga menyusuri pantai selatan Australia lalu terus ke
pantai timur Papua dan tiba di Amboina. Dalam pelayaran inilah Abel Tasman
menemukan pulau besar yang kini disebut pulau Tasmania. Sejak itu
pedagang-pedagang VOC di Jawa khususnya semakin intens ke pantai barat
Australia dan pantai selatan. Setelah lebih dari satu abad (130 tahun) situasi
geopolitik VOC berubah pasca ekspedisi James Scott.
Seiring dengan ‘pendudukan’ Australia oleh Inggris,
pulau Natal dan pulau Kokos yang tepat di garis navigasi pelayaran Inggris
(Calcutta di India, Bengkoelen di Sumatra dan Australia) mulai diincar Inggris
dan dijadikan sebagai persinggahan yang permanen di bawah kekuasaan mereka. Upaya
Inggris untuk ‘merampok’ Pulau Kokos semakin kuat setelah setelah ekspedisi
Charles Darwin ke pulau tahun 1836. Charles Darwin dalam laporannya menyebut
pulau Kokos (Belanda) itu hanya dengan (pulau) Atol.
Nama pulau Cocos merujuk pada nama local nusantara sebagai pulau Kalapa. Pelaut
Belanda semasa VOC memiliki nama sendiri dengan nama pulau Kokos. Lalu kemudian
nama pulau Kokos ini yang disebut orang Inggris sebagai pulau Cocos. Bagaimana
dengan penamaan pulau Natal. Nama itu merujuk pada nama kota Natal di Afrika
Selatan yang milik Portugis yang kemudian diakuisisi oleh Belanda/VOC. Oleh
karea itu nama pulau Natal merujuk pada nama kota Natal sebagai jalur navigasi
pelayaran dari kota Natal di Afrika ke selat Sunda.
Pengakuisisian pulau Kokos oleh Inggris menjadi
polemik pada tahun 1857 (lihat Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels-,
nieuws- en advertentieblad, 24-09-1857). Orang Belanda di Jawa khususnya di
Batavia meradang. Ini untuk kali kedua orang Belanda meradang, yang pertama
Ketika rekomendasi James Scott direspon pemerintah Inggris untuk menjadikan
Australia sebagai koloni baru Inggris (1775). Pengakuisisian Inggris atas pulau
Kokos latar belakang yang sangat unik.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Asal-Usul di Nusantara Kini Masuk Wilayah Australia:
Orang Melayu dan Bahasa Melayu
Nama pulau Kalapa/Kokos oleh orang Inggris dicatat
namanya menjadi pulau Cocos Islands dan nama Charles Darwin yang pernah mengunjungi
pulau Kokos (Atol) kemudian diabadikan sebagai nama kota baru Darwin di pantai
utara Australia. Lalu setelah pulau Kokos dan pulau Natal masuk wilayah yurisdiksi
Inggris di (di Sidney, wilayah Australia) bagaimana dengan populasi penduduk di
kedua pulau? Berbahasa apakah mereka?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.