Sejarah

Sejarah Banten (40): Nama Suro, Surosowan di Banten; Nama-Nama Tempat pada Zaman Kuno Soerabaija, Soeracarta dan Soeroaso




false
IN



























































































































































false
IN


























































































































































Lantas
bagaimana tentang nama Suro dan Surosowan sendiri di Banten
? Tentu saja urusan ini masuk pada bidang geografik
dan linguistik, tetapi tidak begitu menarik bagi para sejarawan. Okelah itu
satu hal. Hal yang lebih penting adalah bagaima sejarah nama Suro dan Surosowan
di Banten
? Yang jelas nama Suro lebih awal diidentifikasi
sebagai nama tempat dan baru kemudian diidentifikasi sebagai nama kraton.
Seperti
kata ahli
sejarah
tempo doeloe,
semuanya
ada permulaan.
Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya
sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi,
sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti
surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.

Nama Soero dan Nama Poera

Nama
Poera tampaknya lebih mudah diidentifikasi sebagai nama tempat tertentu yang
mengindikasikan di tempat tersuebut ada yang dimuliakan. Nama-nama kota yang
menggunakan nama Poera seperti disebut di atas seperti Singapoera, Telainapoera
dan Martapoera. Nama-nama tempat ini diduga sudah eksis di era Hindoe. Akan
tetapi nama Soero tidak merujuk pada satu hal, tetapi digunakan banyak mmaksud
seperti nama tempat, nama seseorang atau nama gelar dan nama bulan.

Nama Soero terkesan nama yang muncul pada era
yang berbeda. Nama Soero pada nama tempat yang merujuk pada nama India (era
Hindoe) dan nama pada era Islam, Nama tempat seperti Soerabaija dan Soeracarta,
nama atau sebutan orang dan nama yang menunjukkan tempat suci (suro) seperti di
Agam (surau) dan Mandailing en Angkola (suro).

Dalam
bahasa Bengali, soro diartikan move (pindah). Jika disandingkan dengan nama
suro pada era Islam, seperti bulan suro sebagai bulan pertama (setelah tahun
sebelumnya) dapat diartikan sebagai bulan pertama perpindahan tahun.
Sebagaimana diketahui wilayah Bengali pada masa ini adalah wilayah India bagian
timur zaman doeloe yang kini menjadi negara Banglades. Dalam bahasa India
lainnya seperti Tamil, Hindi dan Pinjabi hanya diartikan nama (tempat).

Seperti disebut di atas, assyura diartikan
sebagai bulan pertama dala penanggalan hijriah (Islam). Suatu bulan yang
dirayakan, seperti halnya di Jawa (bulan Suro). Hari raya Assyura dalam tradisi
Arab (pra Islam) sudah dilakukan. Jika kita berandai-andai bahwa bahasa India (seperti
Bengali) yang juga menjadi bahasa perdagangan (zaman Sanskerta) lalu apakah
terminologi suro ini telah masuk ke dalam bahasa Arab. Orang-orang India yang
sudah ada di Sumatra dan Jawa dalam zaman kuno (era perdagangan awal) apakah sudah
menamai tempat mereka di tempat yang baru dengan nama suro. Nama Suro ini
kemudian pada era Islam sesuai dengan era Hindoe. Belakangan nama Suro
dikaitkan nama-nama atau terminologi yang dihubungkan dengan Islam.

Nama
Poera yang merujuk pada terminologi India (era Hindoe) ditabalkan pada
nama-nama tempat di Sumatra, Jawa, Borneo dan Semenanjung. Dalam konteks
membicarakan nama tempat yang menggunakan nama Soero dapat dianggap untuk
merujuk pada era yang berbeda (era Hindoe dan era Islam). Lalu apakah nama
Soero telah dihubungkan dengan penamaan tempat seperti Pasoeroean, Soerabaja
dan Soeracarta
? Yang dalam perkembangaannya muncul nama-nama
tempat yang menggunakan soero di bagian barat Jawa (Banten) dan bagian selatan
Sumatra (Lampoeng).

Penggunaan nama suro semakin meluas, tidak hanya
nama tempat, tetapi nama gelar dan nama tempat ibadah seperti di Agam (surau) dan
Mandailing-Angkola (suro). Surau dalam pengertian rumah ibadah sebagai musholah
sudah masuk ke dalam bahasa Melayu (Indonesia). Namun apa pun nama suro ini
dikaitkan merujuk pada nama tempat yang baru, suatu hal yang baru yang dapat
dianggap suci seperti halnya penggunaan terminologi8 poera.

Tunggu
deskripsi lengkapnya

Nama Soerosowan:  Soerabaija, Soeracarta dan Soeroaso

Tunggu
deskripsi lengkapnya

 

*Akhir
Matua Harahap
, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com

 


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top