*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini
Sejarah
catur modern dapat dikatakan bermula dari Eropa. Perkembangan catur di Belanda
menjadi penghubung tumbuh kembangnya catur dan permainan catur di Indonesia
dari masa ke masa. Pertumbuan dan perkembangan catur mengikuti masanya. Pada
masa ini catur dan permain catur sudah merata di seluruh Indonesia. Namun pada
era Hindia Belanda belum merata, Hanya sejumlah kota tertentu yang
perkembangannya yang dapat dicatat.
Peta
Kekuatan Catur Indonesia Mulai Merata. 19 December 2022. metrotvnews.com. Peta
kekuatan catur nasional mulai merata, serta Jawa Timur kini memimpin jadi
penghasil pecatur-pecatur muda, disusul Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hal
tersebut disampaikan oleh Ketua Umum PB Percasi Grand Master Utut Adianto, usai
menutup Turnamen Cepat Christmas Cup 2022. “Jawa Timur sekarang di dim
sebagai harapan Jawa Barat dan Jawa tengah juga bisa bagian dari untuk memanas
persaingan menjadi lebih baik lagi” ujar Ardianto. Ajang akhir tahun yang
masuk kalender tetap Percasi berlangsung dua hari menggunakan format 9 babak.
(https://www.metrotvnews.com/)
Lantas bagaimana sejarah peta persebaran catur
di Indonesia era Hindia Belanda? Seperti disebut di atas persebaran catur di
Hindia Belanda belum merata, tetapi hanya tumbuh dan berkembang di sejumlah
kota. Medan hingga Manado dan Bandjarmasin hingga Soekaboemi. Lalu bagaimana sejarah
peta persebaran catur di Indonesia era Hindia Belanda? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Peta Persebaran Catur di Indonesia Era Hindia Belanda;
Medan hingga Manado dan Bandjarmasin hingga Soekaboemi
Peta catur di Hindia
Belanda dan mengukur persebaran catur di Indonesia pada era Hindia Belanda haruslah memperhatikan keberadaan perserikatan catur Hindia Belanda (NISB).
Hal ini karena catur dan permainan catur di Hindia yang sudah mulai dikenal
satu abad yang lampau dilembagakan pada tahun 1914 di Djogjakarta dengan mendirikan
NISB (Nederlandschen Indische Schaakbond).
Pendirian NISB tidak terkait dengan keberadaan perserikatan catur Belanda
(Nederlandshen Schaakbond=NSB). Sudah barang tentu karena jarak yang sangat
jauh. NSB didirikan tahun 1873. Meski pendirian NISB tidak terkait dengan NSB,
tetapi para anggota di NISB sangat berharap bantuan dari NSB, sebaliknya para
anggota NSB sangat antusias membantu NISB dalam hubungannya dengan pertumbuhan
dan perkembangan catur di Hindia. Setelah satu decade, pertandingan catur di
Hindia semakin intens dilakukan, jumlah klub carue semakin banyak dan semakin
menyebar. Dalam kongres NISB pada tahun 1924 di Jogjakarta, diumumkan pada
akhir tahun pelaporan sebelumnya terdapat sebanyak 223 anggota dari 21 klub
catur. Pada akhir tahun pelaporan yang sekarang (31 Desember 1923) jumlah klub
afiliasi menjadi sebanyak 22 klub dengan jumlah anggota sebanyak 250 pecatur
(lihat Bataviaasch nieuwsblad, 22-04-1924). Dalam kongres yang dibuka ketua NISB
Mr De Lint hadir sekitar tiga puluh delegasi mewakili klub dan pribadi yang
secara keseluruhan sebanyak 86 anggota. De Lint (ketua) dipilih kembali,
sedangkan P Kranen, Van Doesburg dan Von Pritzelwitz van der Horst
masing-masing dipilih sebagai komisaris untuk Jawa Barat, Tengah dan Timur. Saran
direktur kompetisi, mengirim telegram kepada Prof. Dr. Emanuel Lasker sebagai penghormatan
menyusul pencapaian besarnya di New York.•
Pada tahun 1924 (tanggal 20 Juli) federasi catur
internasional Fédération Internationale des Échecs (FIDE) didirikan di Paris. Meski
NISB sudah diakui pemerintah sebagai badan hukum, tentu saja NISB belum waktunya
menjadi FIDE. Perserikatan sepakbola Hindia Belanda (NIVB) juga belum menjadi
anggota FIFA. Keanggotaan NSB Belanda di FIDE sudah barang tentu sudah cukup
menjembatani keberadaan dan kepentingan NISB di dalam dunia catur internasional.
NISB sendiri secara resmi didirikan
tanggal 1 Januari 1915.
Dari laporan kongres NISB di Jogjakarta, tampaknya klub catur yang
berpartisipasi dalam kongres berasal dari klub-klub di Jawa. Jumlah klub di
Jawa sudah begitu banyak sehingga di pulau Jawa dibentuk tiga komisi (barat,
tengah dan timur). Dalam sejarahnya, klub catur ada yang didirikan dan juga ada
yang berhenti. Kota-kota di luar Jawa yang termasuk awal dalam hal keberadaan
klub catur ini adalah Padang dan Medan. Klub catur Medan masih eksis hingga
tahun 1924, namun klub catur di Padang sudah lama tidak terinformasikan. Pasca
kongres catur di Jogjakarta muncul keinginan pegiat catur di Padang untuk membetuk
klub (lihat Sumatra-bode, 10-05-1924). Disebutkan ada beberapa
pecinta catur di kota Padang yang sangat merasakan ketiadaaan klub catur. Saat
ini sedang dilakukan upaya dari salah satu pecinta catur, H Smit, di Belantoeng
II (Tel. No. 469) untuk mendirikan klub catur Padangsche Schaakclub. Smit
menyediakan dirinya untuk memberikan instruksi teoretis dan praktis yang
diperlukan kepada pemula catur. Mereka yang tertarik untuk mendirikan klub
catur diundang untuk mendaftar bersamanya. Kontribusinya akan kecil. Jika
peserta mencukupi, maka akan diadakan rapat pendiri sesegera mungkin.
Dalam Kongres NISB tahun 1925 dapat dianggap special.
Hal ini karena di dalam kongres selain diadakan kegiatan rutin (konferensi,
pemilihan pengurus baru dan turnamen) juga diterbitkan buku peringatan 10 tahun
NISB (1915-1925). Jumlah anggota sebelumnya 31 Desember 1924 sebanyak 242 orang
telah meningkat lagi. Setelah tanggal 1 Januari tahun ini (1925), terdapat 11
anggota lagi yang mengundurkan diri, namun hal ini diimbangi dengan penambahan
18 anggota baru, sehingga jumlah anggota saat ini berjumlah 249 orang (lihat De
Indische courant, 13-06-1925).
Salah satu kemajuan penting terlihat pada jumlah klub yang berafiliasi.
Dari 22 pada tanggal 1 Januari 1923, jumlahnya meningkat menjadi 26 pada
tanggal 1 Januari tahun ini (1925). Salah satu klub sekolah menarik
keanggotaannya pada akhir tahun pelaporan karena keadaan keuangan. Setelah 1
Januari, klub itu harus dikeluarkan, sedangkan 2 klub baru bisa didaftarkan.
Jumlah klub afiliasi saat ini berjumlah 27, yang merupakan rekor sejak
berdirinya NISB. Fakta bahwa NISB juga memperoleh pijakan menjadi lebih kuat di
wilayah luar Jawa selama setahun terakhir melalui aksesi klub catur
“Bandjermasin”, “Palembang” dan “Makasser” patut
mendapat perhatian khusus. Sulit untuk memberikan bukti yang lebih baik tentang
berkembangnya kehidupan catur di Hindia Belanda selain jumlah klub yang sangat
memuaskan. Saat menilai jumlah anggota klub, jangan lupa bahwa 27 klub
sebenarnya merupakan jumlah maksimum yang dapat dicapai. Kita hidup disini
dalam keadaan yang beruntung karena kehidupan catur di hampir semua tempat
terkonsentrasi di satu klub catur dengan satu atau dua jika ditambahkan klub
Militer atau Sekolah. Dan karena klub catur kini telah didirikan di semua
tempat penting, peningkatan jumlah klub, setidaknya di Jawa, hanya mungkin
terjadi jika jumlah anggota klub yang sudah ada terpecah-belah. Tentu saja hal
ini bukan demi kepentingan klub atau NISB.
Pada tahun 1925 ini, sebaran klub, selain klub-klub
di Jawa, klub catur lainnya yang eksis adalah di Medan, Bandjarmasin, Palembang
dan Makassar. Bagaimana dengan di Padang dan Manado? Yang jelas pada tahun tahun
1925 sebagai bagian dari program NISB adalah mendatangkan juara catur Eropa
dari Yugaslavia yang tengah melakukan tur dunia. Kabar kehadiran Kostich
terinformasikan pada bulan Juli (lihat De Sumatra post, 09-07-1925).
Disebutkan master catur Yugoslavia Boris-Kostitsch akan tiba di Singapura
pada tanggal 7 Juni dan akan ke Jawa pada tanggal 10 Juli. Setelah
menyelesaikan program di Batavia, sang master terlebih dahulu berangkat ke
Palembang dan Medan, kemudian memulai tur keliling Pulau Jawa. Kostitsch akan
melawan antara lain Bleykmans Baay, Meyer dijadwal di Jokja.
Bagaimana hasil di Medan dan Palembang tidak
terinformasikan. Namun disebutkan setelah Kostich selesai di Jawa kembali ke
Medan. Tidak untuk melawan pecatur klub Medan melainkan tiga anak Batak dari Tanah
Karo (lihat Deli
courant, 07-10-1925). Disebutkan pada hari
pertama di Medan Hotel, Kostich mengalami kekalahan dan dua kali remis. Pada
hari kedua hanya Kostich melawan ketiga pecatur Batak Sitoemboeh, Sihoekoem dan
Sinarsar. Kostich mengalahkan keriganya.
Disebutkan lebih lanjut bahwa Kostich menyatakan menganggap lawan pecatur
Batak lebih kuat dari pemain catur mana pun di Jawa. Kalau bisa dibujuk untuk
naik kapal unruk bermain di Jawa, pasti mereka akan memukul semua orang. Hasil
dari seluruh pertandingan yang dimainkan Kostich adalah ia kalah satu kali
(melawan Sihoekoem), seri empat kali (melawan Versteegh, Dr. de Jong, Sihoekoem
dan Sitoemboek) dan memenangkan 24 pertandingan lainnya. Sang master puas meski
begitu, kekalahan tak terduga melawan pecatur Batak akan tetap diingatnya.
Kostich sore ini akan berangkat dengan layanan ekspres ke Singapura, dimana ia
akan menempuh perjalanan selama 2 hari, kemudian berangkat ke Hong Kong dan
Manila. Menurutnya Medan adalah kota terindah di seluruh Hindia. Besok malam
Sihoekoem akan melakukan pertandingan simultan melawan anggota klub catur Medan.
Di Medan, penerus Si Narsar sudah muncul. Si Hoekoem
tidak terkalahkan juara catur Eropa Boris Kostich. Dalam dua pertandingan, Si
Hoekoem pada hari pertama remis dan pada hari kedua menang. Sementara Si Narsar
dan si Toemboek masing-masing kalah sekali dan remis sekali. Dari 29
pertandingan yang dilakukan Kostish di Hindia, satu kehilangan (kalah sama Si
Hoekoem) dan empat remis (Versteegh, Dr. de Jong, Sihoekoem dan Sitoemboek).
Lantas apakah Si Narsar sudah habis? Apakah Si Hoekoem dan Si Toemboek akan
bersinar ke depan?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Medan hingga Manado dan Bandjarmasin hingga Soekaboemi:
Padang, Palembang, Batavia, Bandoeng, Semarang, Jogjakarta, Soerabaja dan Lainnya
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.