Sejarah

Sejarah Surakarta (19): Aksara Jawa dan Pengembangan Aksara di Soerakarta; Aksara Latin Diantara Aksara Batak – Aksara Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini  

Ada dua aksara yang mewakili dua bentuk aksara
nusantara, yakni aksara Jawa dan aksara Batak. Bentuk aksara Jawa terdapat di
daerah Sunda, Jawa, Madura, Bali dan Lombok. Bentuk aksara Batak terdapat di Kerinci.
Rejang, Lampung dan di wilayah Sulawesi dan pulau-pulau di Filipina. Diantara
dua bentuk aksara tradisi nusantara ini kemudian diintroduksi dua aksara baru
yang dapat berdampingan aksara tradisi nusantara yakni aksara Jawi (Arab
gundul) dan aksara Larin (Eropa). 


Aksara
Jawa dan Sejarahnya dalam Lingkungan Pemerintahan Kota Surakarta. Aksara Jawa
atau yang juga dikenal dengan huruf hanacaraka adalah merupakan salah satu
aksara tradisional di Indonesia yang berkembang di daerah Jawa. Aksara yang
banyak digunakan pada jaman-jaman kerajaan ini, dulunya diciptakan oleh Aji
Saka dari kerajaan Medang Kamulan. Ajisaka mengabadikan kisah Dora dan Sembada
dalam ukiran aksara kuno yang sekarang dikenal aksara Jawa. Selain memiliki
sejarah, makna filosofi yang terkandung dalam aksara berjumlah dua puluh huruf
utama. Hanacaraka memiliki filosofi bagaimana manusia memiliki Tuhan. Hanacaraka
merupakan warisan budaya yang sangat besar, memiliki makna mendalam, dan harus
dilestarikan generasi di masa depan m. Selain masih aktif diajarkan di
sekolah-sekolah, dan dipublikasikan sebagai muatan lokal. Ternyata ada juga
beberapa daerah yang secara nyata mengaplikasikan hanacaraka, sebagai bagian
dari kehidupan bermasyarakat. Salah satunya adalah Kota Solo, dimana pada
sekitar tahun 2007 dan 2008, Pemerintah Kota Surakarta mewajibkan setiap papan
nama di perkantoran Pemkot Surakarta harus ditulis dengan aksara jawa.
Kebijakan untuk melestarikan aksara kuno ini semakin tampak jelas setelah
Walikota Solo saat itu yaitu Joko Widodo secara simbolis meresmikan beberapa
penambahan aksara jawa di beberapa tempat publik Kota Solo seperti Bank
Indonesia, Solo Grand Mall, SMP 27, dan Balai Kota Surakarta
(https://surakarta.go.id)

Lantas bagaimana sejarah aksara Jawa dan pengembanganya
di Soerakarta? Seperti disebut di atas, aksara Jawa adalah salah satu diantara
aksara nusantara, seperti halnya aksara Batak masih tetap dilestarikan. Introduksi
aksara baru (aksara Latin) tampaknya tidak menghilangkan aksara Batak dan aksara
Jawa. Lalu bagaimana sejarah aksara Jawa dan pengembanganya di Soerakarta? Seperti
kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.

Aksara Jawa dan Pengembanganya di Soerakarta; Aksara
Latin Diantara Aksara Batak dan Aksara Jawa

Dalam daftar prasasti Indonesia di laman Wikipedia terdapat
prasasti-prasasti berbahasa Jawa, baik Jawa Kuno (Kawi) maupun Jawa Baru.
Aksara tertua Prasasti Plumpungan di Kota Salatiga bertahun 750 M ditulis dalam
bahasa Sanskerta, menggunakan aksara Jawa Kuna. Di dalam daftar ini ada Prasasti
Pakubuwana X, Kota Surakarta, tahun 1938. Tapi pengambilan sampel prasasti ini
terlalu naif karena terlalu muda (dianggap satu kurun dengan sekarang). Untuk
penggantinya Prasasti Ngadoman di Getasan, kabupaten Semarang (dekat Salatiga).
Prasasti bertarih 1450 disebut penting karena kemungkinan besar merupakan
perantara antara aksara Kawi dengan aksara Buda (sejenis aksara arkais bentuknya
masih memiliki kedekatan dengan aksara Kawi, dianggap berasal dari zaman
pra-Islam biasa ditemukan di daerah pegunungan).


Prasasti Sitopayan I adalah salah satu prasasti yang ditulis dalam bahasa
Melayu Kuno dan bahasa Batak; dan sebagian besar menggunakan aksara Kawi serta
beberapa kata memakai aksara Batak Kuno. Prasasti in ditemukan di Biaro (candi)
Si Topayan, di Desa Sitopayan, Portibi, kabupaten Padang Lawas Utara, di Sumatra
Utara. Diperkirakan prasasti dibuat pada abad ke-13 M. Penggunaan dua bahasa,
yaitu bahasa Melayu Kuno dan bahasa Batak, menimbulkan dugaan bahwa masyarakat
yang membuatnya adalah penutur dua bahasa (bilingual). Prasasti Lobu Dolok I
adalah salah satu dari tiga prasasti yang dipahatkan pada batu pembatas makam,
yang ditemukan di desa Aek Tolang, kabupaten Padang Lawas Utara. Prasasti ini tidak
bertarih ini terdiri dari dua baris, yang ditulis dengan aksara dan bahasa
Batak. Gambar: daftar aksara Nusantara pada masa kini

Prasasti-prasasti zaman kuno, yang disebut menggunakan
aksara Pallawa, aksara Jawa Kuno (Kawi), aksara Batak Kuno atau yang lainnya
yang berasal dari zaman kuno sulit dijadikan rujukan untuk membandingkan dengan
aksara yang ada pada masa kini (aksara Jawa dan aksara Batak). Hal itu karena
fisiknya sulit dibaca dan banyak yang rusak; dan tidak terinformasikan bentuk
teksnya dalam cetakan media modern seperti kertas. Sementara itu pada era
Portugis tidak ada sumber yang mengidentifikasi aksara. Pada era Belanda
terutama pada akhir era VOC mulai terinformasikan tentang aksara, khususnya
aksara Jawa.


Dalam catatan Kasteel Batavia (Daghregister) terdapat informasi minim
antara lain, surat dalam bahasa Jawa dan terjemahan dalam bahasa Belanda dari Soesoehoenan
Pacoeboeana di Souracarta diterima di Batavia (lihat Daghregister, 02-06-1747).
Tulisan terjemahan dalam bahasa Jawa dari Soesoehoenan di Soeracarta (lihat
Daghregister, 20-09-1791). Dalam item daghregister ini hanya disebut dalam bahasa
Jawa, tetapi diduga menggunakan aksara Jawa. Gambar: Aksara era Valetijn vs
aksara masa kini.

Francois Valentijn dalam bukunya yang diterbitkan
tahun 1726 menyebutkan bahasa Jawa dan aksara Jawa. Francois Valentijn menyalin
abjad aksara Jawa dan juga beberapa teks bahasa Jawa dengan menggunakan aksara
Jawa. Daftar abjad aksara Jawa yang disalin Valentijn secara umum mirip dengan
masa ini tetapi terdapat sejumlah perbedaan. Sayang sekali bagaimana
penggunakan abjad itu setelah era Francois Valentijn tidak/belum terinformasikan.


Pada tahun-tahun terakhir era VOC, terutama sejarah lembaga ilmu
pengetahuan di Batavia Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen
dibuka tahun 1778. Mr Radermacher dkk masih terfokus kepada topik-topik
sejarah, geografi dan hal yang berkaitan dengan kepurbakalaan. Meski sudah ada
topik bahasa yang dikaitkan dengan kamus bahasa Jawa (dalam aksara Latin),
dalam karya-karya mereka belum/tidak terinformasikan soal aksara asli, dalam
hal ini aksara Jawa. Bagaimana tampilan aksara Jawa, baru meuncul pada era
Pemerintah Hindia Belanda, setelah satu abad sejak Francois Valentijn. Kutipan
puisi aksara Jawa (Bataviasche courant. 19-10-1825)

Tunggu deskripsi lengkapnya

Aksara Latin Diantara Aksara Batak dan Aksara Jawa:
Bagaimana Bisa Aksara Tradisi Bertahan?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 



















*Akhir
Matua Harahap
, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah–agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:
akhirmh@yahoo.com


, Terimakasih telah mengunjungi Dului.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com, pasang iklan gratis Iklans.com dan join di komunitas Topoin.com.

Most Popular

To Top